Archive | oret oret RSS feed for this section

Sadari Hal Mendasar Dalam Hidup

6 Jul

Saat saat seperti ini ..

Hanya bisa mendengarkan lagu amy, memejamkan mata dan mengenang masa itu, masa – masa terindah yang pernah kualami ..

Tuhan terlalu sayang padaku sehingga memberikan suatu yang sangat berlebihan padaku, mengingat aku hanya manusia biasa yang tak berkelebihan satu apapun. Tapi apapun yang sudah KAU berikan padaku, senang sakitnya hatiku, tentram gemuruhnya pikiranku, habis penuhnya tenagaku, tenang gundahnya perasaanku , basah keringnya air mataku .. Matur nuwun sanget telah memberikan satu kesempatan yang turun seratus tahun sekali hanya pada orang – orang tertentu termasuk aku.

setiap menitnya lima ribu”, sontak kepalaku menoleh memotong pembicaraanku dengan temanku ketika hendak menitipkan sepatu futsal padanya. Mataku terhenti, masih sempat merasakan gemetar sesak nafas dalam dadaku sebelum mulutnya berucap “bercanda (sambil tersenyum manis)” dan membuyarkan beberapa mili detik kikukku. Itu adalah pertama kali aku mendengar suaranya menamatkan keindahannya.

Indahnya dia, sederhananya dia, care perilakunya terhadap semua teman membuat seluruh kelasnya menaruh hati padanya. Mereka orang berada, jangankan motor atau mobilnya, bajunya pun tak terbeli olehku. Tapi entah mengapa dia memilihku untuk mendampingi, memegang erat tangannya mengisi hari hari selanjutnya. Sejak saat itu aku berusaha untuk sebijaksana yang aku bisa, menjadi sempurna yang aku mampu, karena tak ada hal lain yang bisa ku banggakan dihadapannya selain menjadi panutan hidupnya.

Hampir setahun setengah aku lalui dengannya, tak ada kata berhenti untuk belajar menjadi bijaksana dan sempurna serta selalu ada untuknya. Tapi pada kenyataanya justru itu yang membuat lepas tanganya dan berjalan meninggalkanku ditempat terakhir aku mlihat sosoknya, mendengar suaranya. Terlalu lemas untuk memikirkan  “apakah ini cerita akhirnya, karena setiap keringat yang aku keluarkan murni hanya untuknya”, tak cukup waktu untuk menjelaskan semua .. runtuh.. terkapar tak berdaya…

Sampai akhirnya aku sadar dengan beberapa hal …

“Bahkan sesuatu yang sudah ada di atas telapak tanganku dan semua orang mengakui kepemilikanku, sejujurnya sesuatu itu sama sekali bukan milikku, sesuatu itu hanya titipan yang di jaga oleh tanganku, ketika sang pemilik datang, maka sesuatu itu akan berpindah kepada tangan yang punya hak.

Ketika anda mencoba terbang tinggi bersama sayapmu, maka saat itulah tinggikan mental ketika sayap itu lelah dan menjatuhkan tubuhmu.

Jangan pernah melakukan apa yang sudah aku lakukan, sadari hal mendasar dalam hidup .. pada akhirnya aku, kamu, dia dan mereka akan kembali pada yang punya hak. Ikhlaskan semua hal ketika saat itu tiba dan mengucur deraskan air matamu, meletihkan seluruh organ tubuhmu, menghilangkan akal sehatmu, menelantarkanmu ….

Tata hidupku sekali lagi

9 Apr

Dear Allah ..

Apa kabarMu ??

Sudah lama aku tak mengunjungiMu, dan selama itu hatiku kosong, hampa, dan sarang laba mulai memenuhi sisi hatiku.

Kenapa ketika aku tak mengunjungiMu, Kau sama sekali tak melirikku bahkan menoleh kepadakku ??

Sangat hina menjadi aku memang, sangat tak pantas KAU lirik atau bahkan KAU tengok, aku tahu itu. Mohon maafkan aku, maafkan semua yang aku lakukan sampai saat ini. Aku hanya sedikit marah padaMu karena niat baikku sangat menghancurkanku, mencoba balance antara pengisi hatiku di dunia nyata dengan ENGKAU sebagai pengisi seluruh hati dan badanku justru meleburkan semua organ tubuhku. Sedikit marah pada tindakanMu kepadaku selanjutnya setelah apa yang terjadi setelah kejadian itu sangat melemahkan detak jantungku.

Apakah KAU tahu ? semua memberontak keluar ketika KAU coba tampakkan kembali di mataku dan aku tak bisa membendungnya. Apa KAU tak cukup melihatku klimpungan hampir 2 tahun ini? Apakah Kau tak cukup membuatku berdosa pada semua wanita yang mencoba dekat denganku dan akirnya aku hanya melukai hatinya karena memang bukan mereka yang dibutuhkan hatiku.

 

Dear Allah,

Aku tak akan lagi melakukan apa yang kau tampakkan padaku, di depan mataku, dan semua orang yang kau dekatkan padaku. Amal ibadahku tak cukup untuk membayar sakit hati setiap mereka yang mencoba mengenalku. Karena pada dasarnya aku bukan seperti itu.

 

Aku hanya meminta KITA berdamai, aku tak marah lagi padaMu, dan mohon tata hidupku sekali lagi.

Elegi setiap pagimu GAZA ..

21 Nov

tetesan embun yang menyelimuti daun, terbang tersapu udara menyebar ke setiap pori – pori tanah.
Kicauan burung bersautan dengan kokok ayam jantan nyaring membentuk nada alami.
Angin segar semilir melewati setiap lekuk tubuh, membangunkan dengan lembut setiap insan dari mimpi indahnya.
Keramaian tawar menawar tukang sayur dengan pembeli menjadi instrumen pelengkap orkestra pagi hari.

Namun, semua itu tak berlaku di daerahmu.
Engkau (GAZA) terlalu spesial sehingga tetesan embun kau ganti dengan missile.
Kicauan burung dan kokok ayam jantan kau ganti dengan rintihan balita tak berdosa.
Angin segar semilir kau ganti dengan hembusan nafas buatan yang menyesakkan setiap insan yang tak pernah memejamkan mata untuk bermimpi mengistirahatkan raga.
Keramaian tukang sayur dan pembeli kau ganti dengan hiruk pikuk meminta pertolongan atas sanak saudara yang menderita tanpa dia tau salahnya dimana ..

Apakah itu yang kau impikan GAZA ??
apakah keadaan itu terlihat lebih indah dengan apa yang terjadi di daerahku ?? di daerah pengirim missile ? di daerah yang membuatmu menjadi seperti itu.

Hati .. apakah anda para petinggi masih memilikinya ?
Mata .. apakah anda para tentara berbadan tegap melihat dengan jelas tetesan air mata yang terpaksa keluar karena kesakitan yang luar biasa dari seorang bayi ?
Pikiran .. apakah anda para perancang missile pernah berpikir barang sedetikpun betapa menyesaknya kehilangan orang yang kau sayang, sanak saudara ?

Ego .. untuk anda para pengendali keadaan di GAZA, turunkan barang setingkatpun, mencobalah berpikir atas akibat yang telah kau perbuat.
Sampai kapan anda akan berbuat seperti ini?
Sampai berapa ribu lagi nyawa tak bersalah dengan ikhlas menerima setiap perbuatanmu?

Meskipun mustahil semoga anda para petinggi membaca rintihan kesedihanku .. 😦

Lantunan Kisah

8 Jun

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu

Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

Sreeeeng … bulu kuduk berdiri spontan, Menetes air mata ini ketika lantunan lirik cipataan Bung Sartono melewati telinga dan meresap dalam hati. Mataku terpejam mengikuti setiap nada magisnya …. keadaan itu, tiba – tiba terpampang jelas dalam angan – angan. Harum semerbak daun pandan sangat melekat dihidungku, karena potongan – potongan daun pandan yang dibawah oleh murid (masing masing 5 bungkus kantong plastik ukurang 3/4)  dijadikan satu dan dibentuk menyerupai rumput di selebar ruangan itu. Bunga – bunga pilihan  para guru – guru di letakkan rapih di sekitar daun pandan yang telah tercecer indah dilantai. Seribu mata wali murid termasuk bundaku tampak serius mendengarkan sambutan kepala sekolah SDN Kepanjen 02  yang sedang berada diatas panggung untuk terakhir kalinya.

Di umurku waktu itu ternyata aku sudah merasa sedih dengan apa yang dinamakan ‘perpisahan’. Aku sadar betul akan berpisah dengan teman – teman kecilku, guru – guru favoritku yang dengan sabar mendidik kenakalanku dan semua yang ada didalam bangunan indah selebar 14 m dan panjang 16 m itu.

Semua mata serius itu disihirnya menjadi mata penuh penantian para wali murid yang berada di ruangan tersebut  ketika acara berlanjut pada pengumuman nilai masing – masing murid. Yang mereka tunggu adalah anak – anaknya bisa mendapatkan nilai bagus untuk bekal masuk ke SMP, bukan lagi menunggu apakah anak anaknya lulus atau tidak, karena berita kelulusan sudah diumumkan 3 hari sebelumnya.Dari kejauhan (tempat duduk untuk wali murid dan murid dipisah) Aku melihat wajah bunda tak seperti wali murid lain yang gelisah menunggu penguman nilai anak – anaknya, dengan wajah sok cool nya beliau berhasil menampilkan wajah biasa – biasa saja seolah tak ada apa – apa. Bunda selalu begitu, beliau tak pernah menampilkan wajah sesuai dengan keadaan saat itu (marah, capek, sedih,dll), entah karena tak mau berharap lebih terhadap nilaiku atau memang sebenarnya gelisah tapi ditutupi, whatever laah ..!.

Keadaan justru 180 derajat terbalik terjadi padaku, kringat dingin mengelucur deras di pembatas rambut bagian bawah dengan kerah baju putih – merahku, dasi mungil warna merahku berubah  menjadi agak kehitaman karena basah oleh keringat dahiku, was – was, deg – deg’an, penasaran semua tercampur dalam wajahku, alhasil muka ‘kecut’ lah yang berhasil aku pajang pada saat itu.

Bagaimana tidak, detik – detik itu adalah detik penentuan terkabulnya semua doa – doaku yang selalu aku panjatkan setelah shalat wajib setiap harinya. Aku ingat betul doa yang aku panjatkan pada saat itu, seperti iniliah rengek’an – rengek’an yang selalu aku panjatkan :

Ya Allah .. hamba tidak meminta apa – apa lagi selain membuat bundaku senang dan bangga di akhir sekolahku tingkat SD ini, aku tidak meminta untuk menjadi yang nomor 1, 2, ato 3. Permintaanku sederhana, supaya Bunda terpanggil di atas panggung. Terima kasih Ya Allah, hamba sayang Allah, amiinn.

Para wali murid yang terpanggil diatas panggung adalah beliau – beliau yang buah kasihnya  masuk dalam sepuluh besar nilai NUN tertinggi di sekolahku. Satu persatu Pak Gozi memanggil nama – nama yang beruntung masuk dalam jajaran 10 murid tersukses musim ini (#lebay). Tetapi uniknya beliau tak langsung memanggil nama murid tersebut, melainkan beliau menceritakan ciri-ciri dari murid – murid yang beruntung itu, setelah panjang lebar beliau menceritakan ciri – cirinya barulah menyebut namanya untuk mempersilahkan maju ke depan panggung bersama wali (orangtua) nya dan mendapatkan :

  • Rangking 1 >> Piala + piagam + eluhan positif (pujian) + foto bersama + bersalaman dengan Pak Gozi dan kepala sekolah + tangis bangga wali murid yang bersangkutan.
  • Rangking ke 2 – 10 >> piagam + bersalaman dengan Pak Gozi + foto bersama + pujian secukupnya.

Tak ayal banyak wali murid dan siswa siswi yang tertawa karena mendengar ciri – ciri yang Pak Gozi utarakan, karena beliau menceritakan ciri – ciri dalam bentuk kebiasaan sang murid setiap harinya, entah itu tingkah laku baiknya atau bahkan tingkah laku buruknya.  Aturan murid – murid yang dipanggil adalah dengan urutan dari urutan ke – 10 ke urutan ke – 1.

Aku hanya tertawa kecut ketika mendengar kata – kata lucunya, pengen sebenarnya tertawa lepas, tapi deg – deg’an + kringat dingin + wajah dingin sang bunda membuatku melebarkan mulut seadanya. Nama demi nama, ciri demi ciri diutarakan Pak Gozi dan tak ada tanda – tanda yang mengutarakan ciri – ciriku. Semakin gundahnya hatiku, tanpa sadar aku melirik bunda, dengan santainya beliau ketawa mendengar lelucon Pak Gozi. Sampai pada urutan ke – 3 masih belum juga namaku kepanggil, setelah aku lihat urutan 10 sampai 3 terdapat nama – nama top yang tiap penerimaan raport catur wulan selalu menghuni 3 besar rangking kelas  masing – masing (baik kelas A ataupun B). Dan anehnya wajah mereka sangat murung, mungkin karena mereka tak bisa mendapatkan rangking pertama kali ya ?? hahaha bodo amat liat mimik wajah mereka. Betewe aku juga termasuk orang – orang yang menghuni 3 besar untuk kelas B looh (hehe alhamdulillah).

Saingan terberatku tiap catur wulan dipanggil di urutan nomor 2, dengan wajah sumringah murid dan wali murid beranjak dari tempat duduk masing – masing serta maju ke atas panggung, batinku bergeming “alangkah indahnya hidupnya, sehingga bundanya berhasil dia buat sumringah dan semangat”. Ya Allah, kini tinggal rangking 1 saja yang tersisa, kemudian mataku melirik ke Piala yang akan diberikan pada murid yang akan menghuni Rangking itu, Tangan siapa yang dapat menjabat telapak  Pak Gozi dan Kepala sekolah, tangan siapa yang akan mengangkat Piala sambil memegang piagam yang bertulisakan kalau tidak salah baca “PIAGAM PENGHARGAAN PERAIH NILAI TERTINGGI TAHUN AJARAN 2003-2004”.

Kesibukanku melamun atas semua yang akan diraih oleh rangking 1 terpecah dengan tepuk tangan para murid dan wali murid diruangan tersebut. Aku tidak tahu apa yang terjadi beberapa menit yang lalu karena kesibukan melamunku. Semua mata memandangku diiringi penuh senyuman sambil berkata “Satria .. cepat maju”. Aku bingung dengan maksud mereka, sampai akhirnya Pak Gozi mengulangi ciri – ciri yang beliau katakan beberapa menit yang lalu. Jika tidak salah ingat seperti inilah ciri – ciri pendek yang sempat beliau ulangi :

Namanya sangat tegas, siapapun yang mendengarnya pasti beranggapan bahwa pemilik nama ini berperawakan besar, keadaan berbanding terbalik setelah melihat badan kecilnya. Namun jangan salah ini anak “kecil – kecil cabe rawit”, dia tak salah mempergunakan namanya di organisasi yang dia geluti di sekolah, dia aktif di organisasi PKS (Polisi Keamanan Sekolah), menjadi pemimpin upacara adalah kebiasaannya setiap seninnya,  dia menjabat sebagai PRATAMA atau ketua utama di kepramukaan, dan yang paling saya bangga, dia adalah keponakanku sendiri dan saya sangat kagum dengannya (sambil ketawa cengengesan), silahkan maju Satria kamu berhak mengangkat Piala itu, ajak bundamu naik ke atas panggung

Kata – kata itu membuatku terbelalak, pandanganku tak bergerak, menatap Pak Gozi yang dengan semangat melanjutkan kata – katanya yang tak jelas lagi terdengar di telingaku, shock berat menerpaku saat itu. Sampai akhirnya kecenganganku luntur karena bunda menghampiriku dari belakang dan memegang tanganku, jalanku terkesan tergeret karena pegangan bunda sambil melangkah kedepan. Yang aku sadar waktu itu adalah colekan – colekan tangan temen – temen yang berada di samping kiri kanan tepat aku melangkah ke depan. Di ujung sisi bangku (sebelum naik panggung) terlihat seorang laki – laki yang berdiri dengan perut buncit kebanggaanya dan kumis tebal kesayangannya tersenyum sambil menawarkan tangannya agar aku cepat menyambut tangannya, dialah Bapak Kepala Sekolah.

Sampai di atas panggung pandangan linglung tetap terpasang diwajahku, yang terdengar hanyalah “iya terima kasih”, ketika aku menoleh keatas baru aku sadar bahwa sumber suara keluar dari mulut bundaku diiringi dengan senyum – senyum dan menganggut manggut kepada semua orang yang mengucapkan selamat atas pencapaianku. Lirik ke kiri terlihat temen – temen dari urutan 10 hingga 2 sedang melongok melihat persiapan Bapak Kepala Sekolah yang sibuk mengambil piagam dan piala untukku. De javu sepintas terjadi pada pikiranku, hal yang sama terlihat di lamunanku beberapa menit yang lalu sebelum pengumuman rangking 1.

Piala itu akhirnya sampai di kepalan kedua tanganku, serta piagam di tangan bundaku, tangan keras menyambar telapak tangan kananku, diayunnya tanganku dengan tegas oleh Pak Kepala Sekolah sambil berkata :

Ketika kita bersalaman, harus tegas cara kita mencengkram tangan lawan kita dan mengayunnya secukupnya, wibawa akan tampak dari caramu bersalaman, sekali lagi selamat satria dan lanjutkan prestasimu

Tanpa pikir panjang aku lepas tanganku dari cengkraman tangan Pak Kepala Sekolah dan kemudian menyalaminya lagi dengan cara persis seperti yang beliau katakan, senyum bangga terlihat dari muka beliau sambil menepuk pundakku.

Begitu singkat acara pengumuman nilai bagi masing – masing murid, dan acara terakir adalah perpisahan dengan sang Ibu Bapak Guru dengan menyanyikan lagu Hymne Guru oleh team choir dan aku berada di dalam deretan itu. Heningnya suasana saat itu membuat hatiku gemetar sedih karena akan berpisah dengan teman – teman masa kecilku dan guru – guru kesayanganku. Begitu banyak pengalaman masa kecilku bersama semua orang yang berada di dalam ruangan itu.

Pandangan aku lontarkan jauh kedepan, mulai dari sudut paling kiri ruangan ke sudut paling kanan dan kemudian perlahan bergeser kedepan, terlihat temen – temen sedang asik mengikuti lagu yang kami bawakan, bersenda gurau, memperhatikan detail nilai bersama orang tuanya, jail, iseng ,semua terlihat jelas dari atas panggung. Pandangan mataku terhenti di sudut kiri bagian depan, disanalah berdiri sederet guru – guru yang mengajariku. Setiap aku melihat wajah masing – masing guru, terpancar kenangan yang pernah aku alami bersama beliau, kenangan mulai dari pertama masuk sekolah ini, olah raga barenng Bu Ninik (kelas 1 hingga 5), kue yang pernah dibagi oleh Bu Dar( kelas 3 ), cubitan khas ala Pak Armono (kelas 4), Suara habis karena mempersiapkan upacara 17 Agustus dengan Pak Gozi (kelas 6), PR Matematika oleh Pak Agus yang begitu banyak (kelas 5), Selalu di beri uang jajan oleh bu Eni Maryati (kelas 3 hingga kelas 6), Hafalan IPS 400 soal bersama Pak Kepala Sekolah (kelas 6).

Semua kenanagan itu terpampang jelas dibenakku ketika melihat masing – masing wajah mereka, dengan waktu yang bersamaan mereka membalas dengan mengacungkan jempol keatas kepadaku, mimik mulut yang kira – kira mengucapkan kata “Siiip”, senyuman manis yang bisa di artikan bangga terhadapku, kaca – kaca air mata , semua mereka tujukan padaku ketika aku melihat wajah beliau satu – persatu.

Kembali pandanganku terhenti pada sisi paling depan, dialah bundaku yang tak kembali ke tempat duduk awalnya setelah maju ke depan panggung. Beliau hanya melihat temen – temen yang sedang bernyanyi di depan panggung. Pertanyaan besar menghantuiku “Ya Allah apakah beliau tak bangga dengan pencapaianku?” , wajahnya sama sekali tak jauh berbeda dengan tadi (sebelum pengumuman nilai).

Setelah saling bersalaman satu ruangan, para murid dan wali murid dipersilahkan meninggalkan sekolah karena acara perpisahan sudah selesai. Sebenarnya aku sangat bersyukur atas apa yang terjadi hari itu, Allah benar – benar mengabulkan bahkan terkesan menambahkan doaku sehingga aku bisa mendapat nomor 1. Tetapi setelah melihat wajah bunda yang biasa – biasa saja, dan pertanyaan besar yang menghantuiku saat itu, tertunduk lesu adalah jawapan yang pas menggambarkan wajahku dalam perjalanan pulangku. Setelah terdiam sangat lama, kemudian aku memutuskan untuk tidak memikirkan apakah bunda bangga terhadapku atau sebaliknya. Yang penting aku telah berusaha dan berdoa agar beliau bangga terhadapku, masalah belau bangga atau engga itu terserah beliau. Kemudian aku tertidur dalam perjalanan pulangku.

Ketika aku membuka mata, guling dan bantal kesayanganku sudah berada di bawah kepala dan pelukanku. Treeeeeeeeeeeeeet .. terdengar sangat nyaring bunyi yang keluar dari perutku, aku sangat lapar. Jarum pendek di dinding kamarku berada di tengah angka 4 dan 5, setelah aku ingat – ingat aku sama sekali belum makan sejak pagi karena dari tadi pagi perutku sangat tidak bersahabat, mungkin karena tadi deg – deg’an menunggu hasil UAN ku. Melangkah malas ke dapur tidak ada siapa – siapa dan sialnya tidak ada apa – apa yang bisa aku makan. Tanpa pikir panjang aku melangkah ke luar rumah pergi ke tempat budhe untuk mencari makanan. Dari jauh terlihat bunda sedang berbincang – bincang dengan budhe di teras depan rumah budhe.

“Bunda aku lapar, di dapur gak ada makanan, maem di rumah budhe yaa.. Budhe masak apa hari ini??” dari jauh aku meneriakkan kata – kata itu. “Ada kare ayam, yauda maem saja, bunda tadi kan ke sekolah bareng kamu, jadi bunda titip masak ke tempat budhe” begitu teriak budhe. Aku lari melewati mereka berdua dan masuk ke dalam rumah. Setelah mengambil makan barulah aku bergabung dengan mereka agar ada temannya saat makan. Aku duduk agak jauh dari mereka karena mencari tiang buat sandaran punggungku. Ketika asik makan karena kelaparan, makanku terhenti ketika mendengar celetukan yang dilontarkan bunda kepada budhe. Kata – kata nya sangat polos dan sederhana.

(.”) : “budhe..aku tadi naik ke atas panggung lhoo bareng kiki (nama panggilanku dirumah)”,

(“.) :“laah kenapa kok tiba tiba ke atas panggung ? mau nyanyi? ”. <jawab budhe singkat>

(.”) :”ya enggak lah, ya bawa piala sama piagam laah, kan kiki rangking 1” <sambil tersenyum manis>

(“.) : “waaah laen kali budhe saja yang ambil raportnya biyar bisa naik ke atas panggung, biyar di foto sama orang orang”. “laen kali giliran budhe ya ki ..”

(“.”) : iyaa .. jawabku sekenanya.

Senyuman itu adalah senyuman paling manis yang pernah aku liat, semua wanita kalah dengan senyum manis bundaku. Pertanyaan yang menghantuiku dan membuatku tertidur terjawab tuntas. Deg deg deg deg .. jantungku berdetak kencang, aku tak sadar bahwa sebenarnya bunda sangat bangga terhadapku sampai menceritakan ke budhe. Sambil memejamkan mata, batinku berkata

Allah .. engkau tak hanya mengabulkan semua doaku, tapi engkau meridhloinya 1000 kali lipat dari apa yang aku panjatkan, matur nuwun sanget Allah, aku akan tingkatkan ibadahku kepadaMu bagaimanapun caranya.

Dan ketika aku membuka mata, aku sadar bahwa peristiwa itu terjadi 8 tahun yang lalu.

Budaya khas Ibu Kota

15 Mar

 

Budaya bukan suatu hal yang tiba tiba ada, atau apalah sejenisnya. Namun budaya tersebut ada karena kebiasaan manusia. Seiring berkembangnya zaman dan semakin berfariasinya kebiasaan manusia, akibat terbentuknya budaya pun juga semakin beragam, apalagi di kota – kota besar (ibukota salah satunya). Budaya tersebut ada yang positive dan tidak sedikit pula budaya yang negative. Kali ini aku mau bahas budaya yang NEGATIVE, kenapa memilih membahas budaya yang negative kalau ada budaya yang positive ? Karena aku ingin budaya negative itu bisa berubah menjadi budaya positive. Hehehe mulia kan tujuanku.

Budaya khas ibukota negara sangat beragam, mungkin yang paling marak dan sangat digandrongi orang orang ibukota adalah budaya “macet”. Kenapa macet termasuk dalam kategori budaya juga? Bagaimana tidak, semua orang tanpa pandang bulu, baik tua – muda, kaya – miskin, kesemuanya berpartisipasi dalam budaya tersebut. Dulu orang kalau ditanya “apa yang anda pikir tentang Jakarta?”, maka kebanyakan orang akan menjawab “monas, ancol, banyak gedung pencakar langit”, namun jawaban itu tak lagi aku dengar selama 10 dekade terakir ini. Tidak tau kenapa, kompakan atau bagaimana, mereka semua menjawabnya dengan jawaban singkat, padat, jelas, berisi yaitu “macet”.

Sebenarnya ada sisi positive nya juga adanya macet, yaitu orang akan lebih pagi bangunnya, sehingga bagi yang muslim tidak pernah kehilangan shalat subuh, bagi yang non muslim bisa olahraga, atau berdoa dll. Karena jika tidak mempersiapkan lebih pagi, maka semua schedule yang mereka punya tidak akan bisa tercapai. Tapi alangkah baikknya jika di Ibu kota ini terhindar dari macet, orang juga tidak mau tua di jalan bukan ? hehehe.

Pemerintah bukkannya tutup mata akan hal ini, mereka juga bukkannya tidak mau menangani, tapi mereka masih berusaha mencari jalan keluar mengenai hal ini, karena adanya jalan TOL, pengurangan angkutan umum, dan semua jalan dibuat searah juga sudah diterapkan di kota ini. Masalah belum terpecahkan tapi pemilik kendaraan semakin meningkat tiap tahunnya. Jadi jangan menyalahkan pemerintah mengenai hal ini. Karena kebiasaan penduduk Indonesia adalah mengkritik pemerintah atas semua hal, tapi mereka sendiri belum benar melakukan akan hal itu. Boleh mengkritik jika sendiri sudah benar.

Oleh karena itu mari kita tangani masalah macet ini, jangan hanya menyalahkan pemerintah saja. Jika ditanya dengan cara apa ?? Banyak jawabannya, seperti :

Bagi para supir angkot, mohon jangan nge-Tam. Bagi semua pengguna kendaraan, entah supir angkot, presiden, sampe tukang becak pun dimohon untuk mentaati peraturan, jangan hanya mikir “saya harus cepat sampai tujuan” tapi dengan cara se enaknya, tidak memikirkan para kendara lain, melanggar peraturan lalu lintas, tidak mau di atur polentas, dll.

Sadari diri sendiri bagaimana menjadi pengendara yang baik dan benar, sambil menunggu kebijakan pemerintah mengeluarkan keputusan hasil mereka musyawarah jangka panjang.

Pesan Terakhir Budhe

15 Nov

4:27 PM 6/3/2010

KAU ambil salah satu dari 2 orang yang paleng aku sayangi, hormati, contoh, idolakan, jaga, tujuan pertama dalam hidupku,, banyak orang diluar sana, kenapa KAU ambil budheku ya Allah ?? apa KAU cemburu atas perasaanku pada beliau ya Allah. KAU paling atas ya Allah, mereka berdua hanya menempati 1 tingkat di bawah Rosul kekasihmu, nabi, malaikatmu, dan semua perlengkapanmu ya Allah.

Hal pertama yang muncul di benakku adalah kalimat diatas. Lemes, letih, tak bertenaga, linglung, semua tertera pada keadaanku waktu itu.

Kamis, 2004

Pertengkaran antara aku dengan kakakku terjadi. Hal itu biasa terjadi dalam keluargaku sebelumnya. Karena kakakku emang sengaja nggoda agar aku nangis. Tinggal tunggu waktu, nangis lah aku, kali ini pertengkaran tidak seperti biasanya. Bundaku menangis ketika melihat pertengkaranku dengan kakakku. Aku sempet lihat itu sebelum aku nangis karena kelakuan kakakku Sampai akhirnya kami(kakak and aku) lelah dan tertidur lelap, dan ketika aku bangun sepiring nasi sudah ada disamping aku. “laper kan de’, cepet dimakan gii!” kata kakakku sambil ngisep rokok. “iya thank’s” tanpa pikir panjang aku lahap tu makanan sampai habis, maklum capek and kelaparan setelah pertengkaran tadi. Hari itu berlalu begitu saja tanpa terjadi apa apa.

Jum’at 2004,

Aku lagi sibuk nyiapin bahan buat PERSAMI sabtu besok, karena PERSAMI besok adalah pelantikanku menjadi TERAP(tingkatan tertinggi SKU tinggkat penggalang). Setelah ku itung – itung ternyat masih kurang lengkap, kemudian aku berinisiatif untuk pergi kerumah budhe siapa tau punya perlengkapan yang aku cari. “tok .. tok .. tok .. mekoom” aku ketuk pintu budhe sambil ngintip di balek kaca, “wa’alaikum salam wr.wb ,, laen kali salam yang bener, masak ada salam cuma ‘mekom’ duank, dosa loo, sini masuk, ada apa ki?”. hehe sambil meringis aku masuk kerumah budhe, “anu budhe, budhe punya tali rafiah, sama kayu bakar? buat persami besok budhe, aku mau di lantik menjadi penggalang TERAP, hehe gagah gak budhe ?” dengan bangganya aku bilang seperti itu ke Budhe. “Ouh mau PERSAMI lagi thoo, itu liat aja didapur, ada kayaknya”, kemudian aku masuk ke dapur rumah budhe.

Selang 5 menit aku uda dapet apa yang aku cari “budhe ini uda ketemu, matur nuwon sanget yah budhe, mau pulang dulu, assalamualaikum warrohmatullahi wabarokaatuh”. Dengan senyum budhe bilang “naah gitu dunk salam yang bener, wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, eh bentar bentar sini duduk sama budhe”. “heh ..!! ada apa budhe ?” aku taroh brang tadi yang aku bawa di depan pintu, kemudian cuci tangan dan duduk di samping budheku.

Sambil mengelus kepalaku, dengan nada lembut budhe mengeluarkan suaranya yang kalem, “kemaren berantem lagi ya sama mas?”. “hehe ,, nah mas ganggu ade'(aku) kok, yauda ade’ balas” sambil garuk garuk kepala aku jawab pertanyaan budhe.ouh emang mas nakal ya de’ ya, laen kali klo di ganggu lagi sama mas gak perlu di hiraukan ya de’..langsung lari aja kerumah budhe, ntar budhe bela, ya de’ ya ??. Emm .. “kenapa emang budhe ?, ntar kalau ade’ diem aja pasti kakak semakin jail ke ade’, hayoo gimana budhe?.”. Kemudian mengeluarkan senyum khas nya, “ade’ tau kenapa budhe bilang gitu ?”. Dengan polosnya aku jawab “engga’”. Dengan bisik – bisik budhe menjawab “kemaren sehabis kamu sama kakak berantem, bunda langsung ke rumah budhe, sambil nangis beliau bilang seperti ini dek “ :

Bunda : “anak – anak itu gimana ya mba’ ya ?

Budhe : kenapa emang?”

Bunda : tiap hari kok berantem melulu

Budhe : haalaaah gak perlu dipikir, kamu itu kayak baru liat mereka berantem aja, sudah biasa kan?

Bunda : iyaa biasa, tapi kan sebenernya aku juga pengen anak – anakku rukun, saling membantu, saling menghormati, apakah ada yang salah dengan didikanku?

Budhe : kamu sudah bener, bagus malah, buktinya diluar kenakalan mereka, mereka termasuk anak yang baik – baik diluar sana, yauda tenang ajah, ntar biar aku yang kasi tau mereka

Deeeeg .. hati aku merinding mendengar budhe cerita .. selama ini seorang bunda yang terlihat baik – baik saja, yang tak pernah nyubit ato nimpukku seperti kebanyakan ortu laen pada umumnya, gimana mau nyubit atau nimpuk ? bicara dengan nada keras(marah) pun tak pernah beliau lakukan pada anaknya, ternyata dibalik senyumnya(hanya tersenyum ketika melihat anaknya berbuat salah) sebenernya bunda menangis, sebenernya bunda sedih, sebenernya bunda sama sekali tak menginginkan itu. Dengan merunduk air mataku menetes tanpa sadar, aku hanya terbelalak atas semua yang telah aku perbuat dengan bergumam didalem hati “betapa hina nya aku sebagai anak atas apa yang telah kuperbuat terhadap bunda, terhadap kesabaran seorang bunda terhadap anaknya”. Kemudian budhe menyambung kata – katanya “apa ade’ gak pernah sadar kalau bunda terlihat tua akhir – akhir ini? Iyah bunda sering menemui budhe buat ngomongin ke-4 anaknya”. Mengucur deras air mataku .. “ade’ laki – laki gak boleh menangis !! tapi ganti air matamu dengan perbuatan yang membuat bundamu tersenyum dengan ikhlas, bukan senyum kecewa karena tingkah laku anaknya”. Dengan nada pelan budhe katakan itu semua, budhe keluarkan semua keinginan bunda. “yaudah mulai sekarang gak perlu berantem kayak gitu, kesalahan ade’ selama ini uda cukup besar, mangkanya mulai sekarang jangan buat bunda menangis, ade’ harus bisa selalu buat bunda tersenyum bangga, bisa janji sama budhe?”. Aku angguk kan kepala setelah aku resapi tiap kata yang budhe ucapkan ke aku. “Yauda kalau gitu sekarang ade’ pulang, katanya mau PERSAMI, sudah lengkap semua emang ?”. Aku peluk budhe dengan berbisik “terima kasih banyak budhe”.

Sesampai dirumah aku liatin dari jauh bunda yang sedang masak. Beliau mengusap keringat yang menetes di dahinya. Kemudian bunda melihatku, sambil tersenyum beliau berkata “berangkat PERSAMI jam berapa ? Inget makan dulu sebelum berangkat”. “he’eh, masih besok kok berangkat PERSAMI nya” aku jawab sekenanya, kemudian Aku memejamkan mata dengan memikirkan setiap kata yang budhe katakan padaku. Aku tetapkan dalam hati aku sedalam – dalamnya “Tak akan pernah aku berbuat hal yang tak membanggakan bunda”. Itu adalah janji seorang laki – laki, dan janji seorang laki – laki harus ada tanggung jawabnya dan tak boleh dilanggar.

Sabtu 2004

Pagi – pagi aku sudah siap dengan perlengkapan dan barang bawaan buat PERSAMI. Sarapan pagi, pamit ke-2 kaka’ku dan ade’ku sambil salim aku tanya “bunda kemana ka’?”, “liat aja tu dirumah budhe” kata kaka’ku, “ouh, ok .. mekom”. Aku meluncur ke rumah budhe dengan perlengkapan pramuka aku, bawa tongkat, tali putih aku iket di sela sabuk, dengan memakai topi Pramuka. Dari jaoh terlihat bunda dan budhe sedang duduk duduk di teras depan rumah budhe, dengan keras budhe bilang “tu lihat ade’ gagah tu bunda”, dengan meringis aku jawab “ya ealah seacara ..!!, bunda uang saku” sambil menyodorkan tanganku kedepan bunda pas. “Ni uang sakunya, trus ini camilannya, disitu ada susu, roti, dan camilan laen, eh ini juga jangan ketinggalan ‘minyak kayu putih’, baek baek yah di sekolah ..” sambil ngusut kepala aku bunda bilang gitu. “ok siap, bunda tenang saja, hehehe” kemudian aku salim ke bunda. Kemudian budhe menyahut “ini budhe kasih tambahan uang saku, gak boleh buat beli macem – macem, inget perutnya gak kuat gitu kalau maem semabarangan”. “hehe makasi budhe..salim ..”, ketika aku mencium tangan budhe, budhe berbisik “inget pesen budhe”, kemudian aku jawab “siap budhe”(sambil hormat), eh ternyata  bunda tau kalau budhe berbicara sesuatu, kemudian bunda bertanya “ngomong apa budhe?”, dengan ketawa budhe jawab “ya HARASIA tah ya dek ya ..”, “woo .. yauda cepet berangkat sana, keburu telat ntar ..”, “assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuuh” sambil jalan menjauh dari bunda dan budhe aku ucapkan salam.

Sabtu malem 2004

Waktu itu semua penggalang dikumpulkan dilapangan sekolah yang gelap gulita(sengaja lampu dimatikan). Dengan mata tertutup(ditutup hasduk) semua penggalang berbaris di tengah lapangan. Kurang lebih 30 menit berlalu, tiba – tiba terdengar suara speaker yang kurang jelas “penggalang dengan nama syahriful muzaki diharap kesekretariat”. Berulang – ulang kata kata itu diucapkan, aku gak sadar karena memang speaker terdengar kurang jelas, kemudian ada salah seorang teman yang berbisik kepadaku “sat.. namamu itu cepat keskretariat !!”. Kemudian aku dengerin sekali lagi “kami ucapkan sekali lagi, penggalang dengan nama syahriful muzaki diharap kesekretariat”. “wedeew bener itu nama aku”, kemudian aku melepas penutup mata dan pergi ke sekretariat, ternyata disana sudah terdapat sepupu aku yang njemput aku. “ada apa mb’ ?”, “gak apa apa, sama mbah buyut disuru pulang” jawab sepupu aku sekenanya. “pasti ada yang gak beres ini kalau sampai disuruh pulang sebelumnya waktunya, karena sebelumnya tak pernah juga seperti ini, apa terjadi sesuatu pada bunda? Jangan ya Allah, tolong aku” tak henti hentinya hatiku meracau, setelah mengambil semua perlengkapan aku, aku pamit pada pembina pramuka dan sebagian teman yang terlihat, dan kemudian aku pulang dengan naek becak sendirian, karena waktu itu sepupu aku bawa motor dan gak langsung pulang soalnya mau ke sepupu yang laen. Di atas becak hatiku masi meracau tak karuan, “aku liat aja dari perempatan jalan, semoga aja tak ada bendara putih dengan palang hitam ditengahnya berkibar didepan gangku”. Aku bingung tak karuan, setelah sampai di perempatan jalan(jarak masi 500M ke gangku) becak berenti karena memang mata rambu rambu lalu lintas  warnanya merah waktu itu. Dengan menajamkan mata, aku lihat disekujur pinggir jalan dekat gangku. Sebuah bendera warna putih dengan palang hitam ditengahnya berkibar didepan gang aku. “jancik(perkataan kasar daerah Jatim), pak cepet pak !! melem gak ada polisi !!!” sambil aku gebrak  atap becaknya, “iya dek” sahut Pak tukang becak bergegas menjalankan becaknya yang semula berenti. Keadaan tersebut semakin nyata ketika jarak sekita 300M dari gang aku, disitu terdapat banyak banget orang yang ngumpul di depan gang aku.”Ya Allah jangan ambil bundaku ya Allah” gumamku, pada saat itu yang ada dipikiranku hanya bunda, bunda, bunda, tak ada orang laen selaen bunda. Setelah sampai didepan gang aku baca pengumuman dipapan tulis sebesar cendela rumah bertuliskan

“Innalillahi wainnailaihi roji’un, telah pulang ke Rahmatullah

Nama : Chalimatus Sa’diyah

Hari ………..”

Seakan kalimat terusan dari papan tersebut terlihat kabur, dan badan aku mulae lemas dan terjatoh dari becak kemudian dibopong orang – orang sekitar yang berteriakan “ini ponakannya, minggir semua”. Aku dibopong kerumah aku yang melewati rumah budhe, aku hanya melirik rumah budhe aku, sangat ramai keadaan malem itu.”kenapa harus budheku ya Allah” kemudian gelap tak terlihat apa apa. Ketika aku buka mata, ternyata sudah didalem kamar aku didampingi kakakku, ini minum teh anget dulu. Tanpa menghiraukan tawaran kakakku, aku langsung ganti pakean(karena waktu itu masi makek seragam pramuka), wudlu langsung ke rumah budhe.

Di ruang tamu rumah budhe, aku liat wajah mas atok dan mas fendik(anak – anak budhe) uda bengep gak berenti nangis. Meskipun uda pada gede(ke-2 nya kuliah waktu itu) tapi ke-2 anak budhe masih manja sama budhe dan sayang banget sama budhe. Kemudian didepan mereka berdua terdapat meja besar dari kayu setinggi lutut dengan kain batik coklat penutup membentuk menyerupai badan manusia. Aku dekat meja itu dari posisi berlawanan dari mereka berdua. Aku buka kain batik penutup itu, ‘sreeeng’ hati aku bergetar setelah aku lihat itu rambut budhe, mata aku mulai berkaca – kaca, iyaah wajah ayu budhe tergeletak kaku di meja itu, aku pegangi pipinya, dingin, aku cium pipinya, aku peluk budhe, air mataku mengucur deras,

bangun budhe ..” aku berbisik ditelinganya.

“ayo naik haji sama bunda sama ade’..foto bareng dirumah mewah Allah..dipigura fotonya .. bangun budhe ,,bangun..bangun..”

(tujuan pertama dalam hidup aku adalah menaikkan haji mereka berdua,’lebih jelasnya ada di Tujuan Pertama Hidupku). Mengucurkan semua air mata yang aku punya dipundak budhe.

Selang 30menit, bunda datang sambil membawa banyak buku surah yasin, sambil meneteskan air mata bunda berkata “de’… kalau ingin bantu budhe, kalau ingin budhe senyum, kalau ingin budhe seneng lekas berwudlu, bacaen surah yasin untuk budhe”. Yaah aku sadar hanya itu yang bisa aku lakukan setelah semua ini terjadi. Waktu itu aku baca 1 surah yasin begitu lama(karena gak kuat nahan air mataku), semua orang sudah baca untuk ke-4 kalinya tapi aku 1 saja belum genap. Suara serentak bacaan surah yasin bergelora hingga pagi, aku hanya baca 2 kali surah yasin selebihnya aku shalat malem dan mempertanyakan pada Allah, apa semua arti dibalik semua ini. Setelah lama menghujat Allah doaku terakir adalah :

Allah.. Jika memang ini mauMu, ambilah, ambil semua yang KAU mau. Tapi dengan 1 syarat TEMPATKAN ORANG ORANG YANG SANGAT AKU SAYANG DI TEMPAT TERATAS YANG ALLAH PUNYA. Aku ikhlaskan semua padaMu Allah..

Minggu Pagi 2004

Rencana sekitar jam 9 pagi jenazah budhe diberangkatkan. Sebelum waktu itu tiba kami para keluarga bergencar lagi untuk membacakan surah yasin dan surah surah yang laen untuk budhe, semua orang terlihat gila waktu itu(menurut aku). Membaca, menangis tak henti – henti dilakukan, tak hanya keluarga tetapi semua tetangga melakukan hal yang sama dan secara bergantian, karena mereka semua ingin, mendoakan dekat dengan jenazah budhe. Aku tersenyum melihat keadaan itu

hari ini .. ENGKAU tunjukkan padaku betapa budheku sangat baik, mempunyai hati yang mulia, tak hanya baik terhadap keluarga, tetapi ke semua orang. Semua orang sangat kehilangan sosok budheku. Allah jangan lupa TEMPATKAN BUDHEKU KESISI TERATAS YANG KAU PUNYA”.

Tepat pk 09:00 jenazah budhe diangkat mulai dari mas atok, mas fendik, mas eko(kakakku), dan semua sepupu mengangkat jenazah untuk dibawa ke pemakaman. Karena aku masih kecil jadi aku hanya bawa beberapa bongkah kayu sama bunga. Hawa – hawa pemakaman mulai tercium di idung aku, sial merinding aku(aku emang takut semua hal yang berhubungan dengan pemakaman). Tempat pemakaman sudah terlihat, kemudian jenazah budhe diturunkan di sebelahnya, mas atok dan mas fendik turun kebawah liang yang sudah digali oleh petugas gali kubur untuk menerima jenazah budhe. Tak lama kemudian mas fendik(anak pertama) memulai untuk mengadzani jenazah budheku, tetapi baru memulai adzan mas fendik sudah gak kuat menahan tangis, sehingga dilimpahkan ke mas Atok. Sambil menangis mas Atok mengumandangkan adzan hingga selesai. Tangis ini mengucur lagi ketika aku liat jenazah budhe hanya diberi gumpalan tanah liat berbentuk bola sebesar kelapa sebagai bantalnya, kemudian kayu sebagai penutup jenazah budhe. “yaa Allah …” aku hanya menghela nafas panjang sebagai tanda nahan tangis aku.

Setelah semua sudah selesai, jenazah budhe sudah tertutup tanah liat maka semua mendoakan dan pulang, tapi setelah semua meninggalkan pemakaman, aku, mas atok, mas fendik seolah tak rela meninggalkan budhe. Menurut pelajaran yang aku trima di Sekolah Dasar, ketika jenazah dimakamkan kemudian para pengubur mulai meninggalkan pemakaman 7 langkah dari pemakaman maka Malaikat Mungkar dan Nakir akan datang untuk menanyai Budhe, aku mau nemenin budhe, biar gak sendirian ketika ditanyai kedua Malaikat tersebut, sungguh pikiran aku sudah hilang waktu itu. Akirnya mas fendik mengajak pulang kami(aku dan mas atok). Dengan tangis kami kembali pulang, budhe baik baik disana, aku akan selalu doaen budhe itu adalah kata – kata terakir sebelum meninggalkan budhe sendirian. Dirumah akan diadakan tahlil selama 7 hari 7 malem, begitulah adat di daerah kami.

Selang beberapa minggu dari kembalinya budhe ke Allah, kakakku mulai lagi, dia mulai ganggu aku. Tapi sebelum dia ganggu aku lebih lama, aku inget pesen budhe.

laen kali klo di ganggu lagi sama mas gak perlu di hiraukan ya de’..langsung lari aja kerumah budhe, ntar budhe bela, ya de’ ya ??“.

Seketika itu aku lari ke rumah budhe, minta perlindungan budhe, karena budhe janji mau belain aku klo diganggu kakak aku. Sesampai di rumah budhe aku langsung masuk ke kamar budhe nangis disitu karena tak ada lagi yang belaen aku.”budhe kemana?? ..” pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut aku. Kemudian kakak aku menyusul ke kamar budhe, “kenapa kamu ki? Perasaan aku belum goda kamu, kok nangis duluan?” dengan santainya dia tanya seperti itu. Dengan nangis aku jawab

“kata budhe, kalau kakak ganggu aku lagi, maka aku disuru kerumah budhe, pada saat itu budhe akan belain aku.. tapii kemana budhe sekarang???!!”. Kemudian kakak mendekat dengan berkata “budhe sudah belain kamu, sebelum budhe meninggal beliau pesen ke aku ’jangan ganggu ade’mu lagi’, dan aku tak akan ganggu kamu lagi, kita uda besar, tak perlu melakukan hal itu lagi, berterima kasih lah pada budhe dengan mendoakan budhe tiap hari”, aku mengangguk dengan pelan.

Sejak saat itu kebiasaan berantem tak lagi ada dikeluarga kami, kami saling membantu, menghormati, seperti yang budhe bilang. Sejak saat itu pula aku janji pada diriku ndiri untuk selalu buat bunda bangga. Ternyata Allah mendengar janjiku, sehingga beliau mengabulkan janjiku.

“budhe hari ini aku tepati janjiku dengan nilai raporku yang bagus, dan bunda sangat bangga”.

“budhe hari ini bunda dipanggil ke atas panggung karena aku meraih juara 1 dalam pencapain NUN taun ini, dan beliau tersenyum iklhas pertanda beliau bangga”.

“budhe hari ini aku dapet ditrima di smk telkom, dan bunda bilang ’semangad buat belajarnya’ pertanda bunda bangga”.

“budhe hari ini aku dapet beasiswa karena nilai raporku masuk 3 besar, dan bunda bilang ‘heem dapat uang jajan lebih dunk, jangan lupa sodakoh’ tanda bunda bangga”.

“budhe hari ini aku lulus smk dengan nilai lumayan bagus meskipun tak masuk 10 besar, tapi aku uda ketrima kerja dijakarta, dan bunda hanya bilang ‘baik baik ya dijakarta’ tanda bunda bangga”.

“budhe hari ini aku ditrima kuliah di universitas yang bagus, terakreditasi A, dengan biayaku sendiri, dan bunda bilang ’mesti bisa bagi waktu untuk kerja dan kuliah, uange ditabung jangan boros’ tanda bunda bangga”.

“budhe sebenernya aku pengen disetiap pencapaianku, budhe ada di sebelah bunda untuk terima kabar gembira dariku, maka lengkaplah kegembiraanku, tapi aku yakin. Di atas sana budhe tersenyum untukku”.

Akusayangbudhe.

Tujuan Pertama Hidupku (about Haji)

12 Nov

Berikan umur panjang pada beliau.

Aku mohon dengan taruhan nyawaku ya Allah.

Beri aku sedikit waktu untuk tunaikan kewajibanku.

Seragam merah putih adalah seragam dinas setiap hariku waktu itu, lebih tepatnya tahun 2000 aku bersama keluarga besarku mengantarkan budhe ( kakak kandung bundaku ) kedepan gang kampung rumahku yang kebetulan tepat didepan Masjid Agung Baiturrahman. Menggigil dibarengi dengan pemberontakan secara massal oleh bulu kudukku aku melangkah dibarisan paling belakang rombongan keluargaku. Hanya beberapa kedip mata saja aku bersama keluargaku telah sampai didepan kampungku, karena memang rumah kami tak jauh masuk dari gang kampung yang ada dipinggir jalan kotaku. Hamparan baju putih putih dan sangat ramai saat itu membuatku merasa hari ini adalah hari spesial.

Hari ini adalah pemberangkatan bagi orang – orang yang sangat beruntung karena mendapatkan secarik undangan langsung dari Allah untuk mengikuti acara di Rumah Allah, Mekkah dan Madinah, Saudi Arabia. Orang yang menerima undangan dari Allah bukan hanya siap secara materi, tapi harus siap batin juga, kadang untuk mencocokkan agar kedua “siap” itu bisa berjalan searah bukanlah suatu yang mudah, maka dari itu orang – orang yang mendapat undangan langsung dari Allah termasuk orang – orang yang beruntung. Alhamdulillah budheku termasuk didalam orang – orang tersebut. “semoga menjadi Haji yang mabrur” Doa terakhir dari kami para keluarga yang ditinggalkan sementara sebelum budhe naik bus jurusan Airport Juanda Surabaya .

Pemberangkatan beliau ke Tanah Suci menimbulkan suatu hoby baru bagi keluarga besar kami, disamping mendoakan dan mengaji untuk kesehatan, keselamatan budhe di Tanah Suci, kami para keluarga juga selalu mandeng TV apabila ada info liputan mengenai jama’ah Haji Indonesia di sore hari. Waktu itu aku duduk disamping bundaku, sambil kusut kusut rambutku beliau mengutarakan “bunda pengen samean(kamu) berangkatkan Haji suatu hari nanti”. Dengan lantang dan sepontan aku jawab “iyah, kiki pengen berangkatkan bunda sama budhe Wul (budheku yang laen)”. Saat bersamaan budhe Wul datang ke rumah, spontan bunda bilang “Dhe Wul, kiki mau berangkatkan kita haji nanti”, dengan senyum lebar budhe menjawab “lhoo ya mesti noo (Lhoo ya harus lhoo). .nanti kita foto bareng di rumah Allah”. Mendengar itu aku senyam – senyum saja.

Masih ingat betul kata – kata janji yang aku keluarkan waktu itu sampai kini, meskipun aku ga pernah tahu seperti apa haji yang dimaksut pada waktu itu, yang jelas aku mantap dengan janjiku waktu itu. Hari itu menjadi hari bersejarah bagiku, saat dimana aku punya tujuan hidup untuk pertama kalinya, yaitu memberangkatkan mereka berdua, mereka berdua yang sangat aku hormati aku sayangi aku sanjung di dunia ini.

Tapi,, seakan Allah tak merestui tujuanku itu. Seakan Allah menertawakan tujuan seorang anak SD yang belum tahu apa apa mengenai Haji. Selang 1 tahun Dhe Wul meninggal. Lemas, terduduk, tak bersuara, shock, linglung waktu itu. Dan aku bergumam dalam hati

“aku belum sampai penuhi tujuanku ya Allah, tapi kenapa Engkau mengambil budheku ? Sebaik itukah budheku sehingga Engkau mengambil begitu cepat?”.

Mencoba mengerti apa maksut dari semua ini. Mencoba menerima dengan kenyataan yang  ada sekarang. Mencoba mengikhlaskan kebaikan, kesabaran, kerendahan hati, kesopanan, uluran tangan, kehormatan yang Budhe lakukan tiap hari kepada semua orang termasuk terhadapku yang kini tak lagi aku merasakan semua hal itu.

Tanpa sadar aku melihat bundaku diam, seoalah tegar dengan kepergian budhe, sok kuat melihat badan budhe terbujur kaku dibalik kain batik warna coklat didepannya. Tapi aku tau, rasa yang beliau rasakan jauuh lebih kehilangan daripada rasa yang kurasakan. Budhe termasuk kakak paling bunda sayangi, hormati, meskipun beliau berdua sering bertengkar waktu kecil dan bisa dibilang tak pernah akur (bunda dan budhe pernah cerita bareng di depanku tentang masa kecilnya). Aku salut dengan ketegaran bundaku, tak melihatkan kesedian di depan orang banyak. Beliau hanya meluapkan semuanya ketika sendiri dan ketika selesai shalat. Sampai 40 harinya pun bunda tak henti menangis sehabis shalat dan membaca surah Yasin untuk Budhe.

Saat melihat bunda waktu itulah aku tetap kembali hatiku, aku tata rapi kembali tujuan hidupku, kemudian aku curhat pada Allah dalam hati :

Allah, aku ikhlaskan semua yang KAU lakukan pada budheku. Kewajibanku hanya pada Bunda untuk menyelesaikan tujuanku. Tolong berikan umur panjang pada beliau. Aku mohon dengan taruhan nyawaku. Beri aku sedikit waktu untuk tunaikan kewajibanku“.

Mohon terangkan jalanku menuju tujuan pertamaku, mohon kabulkan semua doaku. Mohon beri waktu kepadaku, kepada umur bundaku. Aku tahu Engkau akan mengabulkannya.

Mutiara Perantau

16 Oct

Merantau atau kata laennya numpang hidup, numpang cari ilmu di kota, Negara, daerah orang, lagi lagi aku termasuk didalamnya, hehehe. Menurut survey yang pernah aku lakukan, ketika orang mendengar kata itu pasti jawabannya “kasian yah .” atau “harus mandiri ya .” atau yang paling ekstrim “waa ..! nyuci baju sendiri dunk” ada lagi yang bilang “anak kurang kasih sayang”. Semua mengarah pada prihatin, tapi bari para perantau mania, tetap semangad dengan kehidupan yang kalian jalankan sekarang. Jangan pernah mengeluh karena kata “merantau”, kalahkan kata itu dengan menjunjung hati diri sendiri, hehe. Kamarin aku melanjutkan membaca buku negeri 5 menara karya yang membahas tentang orang yang merantau. Dan Alhamdulillah (*harus lengkap, karena aka nada yang protes jika aku menyingkatnya, hehe) dengan drastis kepercayaanku atas apa yang aku lakukan selama ini menjadi sangat terlihat jelas dan benar. Dalam kutipan buku itu menyebutkan :

Orang pandai dan beradap tidak

akan tinggal diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan

Merantaulah ke negeri orang

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti

dari kerabat dan kawan

Berlelah lelahlah, manisnya hidup terasa

setelah lelah berjuang

Bulu kudukku berdiri tanpa ada komando dari otakku, sreeeeng ..!! tanpa sadar merinding melanda sekujur tubuhku selama sekian mili detik. Aku tak lagi menganggap perkataan orang orang mengenai MERANTAU, justru aku merasa bangga bisa menjadi salah seorang yang mengalami hal ini. Dan bagi para perantau yang laen, semoga kalian tersihir dengan kalimat tersebut, yakinkan sekali lagi tujuan anda anda semua mengapa telah melakukan perantauan ini, jika sudah !! keluarkan kemampuan terbaik yang kalian semua punya !!!

Jangan sekali kali merasa ragu akan hal ini, percayalah bahwa semua yang anda lakukan dengan ikhlas, sungguh – sungguh akan mendapatkan hasi terbaik yang dimiliki Allah.

man jadda wa jadda.

Penyanyi Lipsing Stasiun

8 Oct

Yaap ,, bagi ROKER (Rombongan Kereta, termasuk aku) pasti setiap hari berjumpa dengan orang orang yang membawa sound box ukuran monitor 15 in menempel pada perut dengan mix seadanya yang dipasang dengan kawat kecil sehingga pas menempel di depan mulut tanpa harus dipegang, mereka menderita (maaf) kelaianan mata sehingga harus berjalan dengan sangat pelan sambil lipsing lagu lagu yang diputarnya. Kita bisa temui keadaan tersebut di sepanjang stasiun Kereta Api Listrik . Sebelumnya aku minta maaf yang sebesar besarnya apabila ada aspek aspek yang tidak berkenan atas pembahasan atau kelancangan menulis atas topik ini dalam tulisan kali ini. Jujur saat pertama kali aku melihat potongan orang seperti itu, aku merasa sangat sedih, bahkan waktu itu sampa deg deg’an hatiku ketika melihat nya pertama kali (*lebay). Yang ada dalam pikiranku saat itu adalah, kenapa harus mereka yang menerima hal seperti itu, kelainan matanya dibarengi dengan merdunya suara mereka yang menyanyikan lagu lagu mellow seperti Ebid (salah satunya “Ayah”) membuat bulu kudukku berdiri, sangat prihatin aku melihatnya.

Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan aku menemukan kejanggalan mengenai keadaan itu. Kemudian muncul rasa benci dalam diriku ketika melihat mereka. Kebencian itu timbul setelah aku menyadari bahwa adanya potongan orang yang sama dan sejenis di setiap stasium pemberhentian KRL. Aku pandangi mereka, aku liat peralatan mereka, aku pahami bagaimana menarik perhatian ROKER dengan berjalan pelan di depan para ROKER semua agar memberi dia secuil uang dari gunungan uang masing masing ROKER. Dan kesimpulannya adalah “POTONGAN BAJU, PERALATAN, BAHKAN LAGU YANG DIBAWAKAN SEJENIS”.
Jika semuanya sama, berarti ada seseorang yang menyuruh mereka berpotongan seperti itu, kesimpulan itu juga terinspirasi dari film Slumdog Millionaire (Bollywood). Saat ada salah satu oknum yang dengan sengaja (maaf) membutakan mata bagi orang yang mempunyai suara merdu. Itu hanyalah pemikiran dari seorang perantauan yang masih meraba raba mengenai hidup, tapi jika itu benar , haruskah dengan cara seperti ituu ? Ikhlas kah mereka melakukan itu semua (mata mereka).

Serba salah, itulah kesimpulan terakhirku, aku tau mereka melakukan hal tersebut agar para ROKER bersedia membagi secuil uangnya untuk orang orang yang (maaf) kurang mampu. Karena sifat dasar manusia pada umumnya adalah manusia baru akan memberikan sedikit amal mereka ketika mereka merasa iba. Benar seperti itu bukan ??

So, untuk para manusia yang mampu, beramalah karena Tuhanmu, bukan karena Ibamu. Sehingga keadaan seperti itu tidak merambah luas, cukuuuuuuuuuuup dengan jumlah yang sekarang saja !! jangan bertamabah !! Tak cukup hati melihat keadaan seperti itu.

Tutup Botol Ajaib

29 Sep

haha sudah lama aku gak main permainan itu. Permainan yang aku lakukan bersama sahabat karibku sejak kecil. Candra namanya. Dia sahabat sekaligus seperti keluarga bagiku. Pengen tau Candra seperti apa ? seperti inilah dia :

* Anaknya kurus banget trus juga  pendek, mungil lah kasarannya, wkwk.

* Rambut keriting

* Untungnya putih (ga item kayak gw, hahaha)

* Pinter <turunan bundanya itu, soalnya bundanya guru matematika>

* Baek pastinya

Candra suka aku panggil “GepenK“, yaah karena perawakan dia yang seperti itu, hehe. Dia panggil aku Q-r0n(seperti kebanyakan orang sekitar rumah memanggilku). Kemana mana selalu berdua, sama – sama nekat, nakal minta ampun, sampek waktu itu pernah ketika Puasa Ramadhan kita malah Puasa Bedug padahal sudah kelas 5 SD(di daerah aku anak kecil kalau sudah kelas 3 SD sudah wajib puasa Magrib). Ceritanya gini, ketika Adzan duhur sudah berkumandang, kita sama – sama kelaperan, terlihat dari tadi hanya tidur tiduran di lantai duank. Tiba – tiba si gepenk mengkerlingkan matanya sebelah sambil nunjuk ke arah dapur(dapur rumahnya). Kemudian aku “meringis” tanda kalau aku tau maksutnya, yang namanya anak kecil tanpa pikir panjang langsung ambil piring beserta isinya, pisang, susu kemudian kami bawa ke bawah tangga rumahnya, kami makan disitu tanpa ada orang yang tau, karena tempatnya terkesan privacy dan jarang orang lewat situ. Nyam nyam nyam .. heeeiiik kami berdua bersendawa dan ketawa karena sukses buat buka puasa bedug tanpa ada orang yang tau, hahaha memang anak nakal. 😀 Itulah sedikit deskripsi mengenai kedekatan aku dan dia.

Back to topic, Tutup Botol Ajaib adalah permainan yang aku lakukan bersama gepenk ketika bulan Ramadhan tiba. Hanya pada bulan itu, mangkanya permainan itu seperti menjadi salah satu ciri khas datangnya Bulan Ramadhan disamping ciri – ciri yang laen seperti film “lorong waktu, jejak Rosul, shalat tarawih, Ta’jil, petasan,dll”. Gini ne cara maennya :

Ketika bulan Ramadhan tiba setelah sahur, aku dan gepenk selalu ke masjid Baiturrahman buat shalat subuh. Setelah shalat subuh selesai, kami mengaji di musholla depan rumah kakek aku. Kalau bulan puasa tiba, kegiatan ngaji yang biasanya setelah magrib diganti menjadi setelah subuh. Nah permainan itu dimulai setelah mengaji, kami(gw dan gepenk) jalan jalan pagi sambil cari tutup botol fanta, waktu itu di dalem tutup botol fanta ada tebak tebakkannya. Nah kami berlomba – lomba buat ngumpulin tutup tersebut. Siapa yang mendapatkan tutup botol terbanyak, maka mempunyai kesempatan lebih banyak memberi tebakan dan mempunyai kesempatan yang banyak pula untuk memberi hukuman jika tak bisa menjawab tebakan yang diajukan. Kalau aku pikir pikir dulu itu jalan pagi berapa kilo yah, baru sadar kalau jaoh bangeet, hahaha keasikan cari tutup botol sii, jadi gak terasa. Nah batesannya sampai jam 8 pagi, setelah jam 8 kamipun pulang, masing – masing bawa 1 kantong plastik yang isinya tutup botol fanta yang kami kumpulkan tadi. Kami cucilah semua tutup botol perolehan kami, nah sekarang tibalah saatnya untuk memberi tebak – tebakan secara bergantian. Hukuman bagi yang tak bisa menjawab tebakan yang diajukan terserah dari masing – masing yang memberi tebakan. Biasanya “mijitin”(karena uda capek jalan tadi), “gendong”(dengan jarak yang ditentukan), “nimpuk”(nimpuk seseorang yang ada disekitar, ini yang paleng nyebelin jika kalah, soalnya siapapun yang lewat entah itu kenal ato tidak, musti tetep nimpuk, sial malu banget kalau pas nimpuk sama orang yang tidak dikenal), dll.

Yaah setelah semua tebakan dibacakan dan masing – masing sudah terima hukumannya, maka kami berdua menuju masjid Baiturrahman untuk memasukkan semua tebak – tebakan kedalam kotak amal(hadee iseng banget kan .!!?!). Setelah semua sudah masuk didalam kotak amal, kegiatan selanjuntya adalah tiduran di lantai masjid sambil crita – crita. Di Masjid Baiturrahman terdapat lantai yang tak tertutup atap, sehingga kami berdua bisa pandang langit dan menara Masjid tersebut. Angin semilir, suara burung berkicau, dan indahnya langit biru putih yang membentang luas mengiringi semua cerita kami. Hingga akhirnya kami berdua tertidur lelap. “dek .. dek ..” suara itu selalu muncul dimimpi aku ketika aku tertidur di masjid bersama gepenk. Hahahaha lagi lagi itu bukan mimpi, itu adalah suara Mang Uding si penjaga masjid, tiap hari membangunkan kami untuk shalat dzuhur.

Sederhana permainan yang kami buat. Tak semua orang melakukannya, hanya kami berdua. Tapi menimbulkan rasa kangen yang luar biasa. Permainan itu hanya bertahan sampai aku lulus SD, karena ketika aku SMP meskipun SMP nya sama dengan gepenk, kami tidak lagi maen bersama – sama, karena kesibukan kami berdua, disamping itu waktu SMP aku ikut semua organisasi yang diadakan di sekolah, sehingga kecil kemungkinan untuk bermain lagi dengan sahabat kecilku. Hufh .. kadang aku berpikir ‘pengen balik ke masa itu, melakukan semua itu, ketawa, riang‘.

Thank’s GepenK ,, aku selalu merindukanmu .. sahabat kecilku ..

^^