Archive | November, 2010

secarik kertas tentangmu .. Kubah Emas (MASJID DIAN AL MAHRI)

29 Nov

subhanallah . . . tak henti – hentinya kata kata itu aku ucapkan di hati paling dalam di tengah keramaian candaan temen temen yang sama sekali tak kudengar meskipun mereka(temen – temen) berada di sampingku. Merasa sangat kecil badanku di keramain kebanyakan baju putih yang seliweran di sekitarku. Air mata ini tanpa sadar menetes tanpa menunggu perintah dari sang “bos” (otak) yang saat itu hanya memerintahkan mata terbelalak, melotot, tanpa kedip tak peduli jika mata punya capek melihat semua yang ada di depan mataku.

“ampuni aku ya Allah atas semua salahku” mulut ini komat kamit tanpa sadar. lumpuh seakan tulang tulang yang melekat di tubuhku ketika turun di taxi blue ****. Tanpa melanjutkan ketakjubanku atas bangunan Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid, aku mengambil langkah lebih cepat dengan temen – temen untuk mengambil wudlu, karena memang kami tergolong sangat telat(untung belum dimulai shalatnya meskipun khutbah sudah berkali kali berkumandang di telingaku dari tadi) dalam mengikuti shalat ied waktu itu.

Mataku clingak clinguk mencari tempat yang kosong, kemudian berenti di ruangan agak menurun kebawah yang tak ada orang, penasaran dengan ruang itu, aku mendekat. Sebuah papan hijau sebesar buku diktat berada samping sebelum menuruni tangga ruang itu, setelah aku tamat tamatkan, papan itu jelas bertulisakan  “Penitipan Sandal / Sepatu”,  “dasar !! pantesan ga ada orang” gerutuku dalam hati, karena di luar sudah tak ada tempat, aku mengajak temen temenku(ravi , eky) untuk shalat di ruangan itu.

Deeeeg ..!! kaget melihat sosok pocong di tengah tengah bangunan kotak kotak sepatu, hahaha ternyata petugas titipan sepatu yang sedang memakai mukenah putih. Dengan cepat aku mengatakan “Bu .. kami minta maaf sebelumnya, kami bermaksut shalat ied di sini karena tempat di luar sana sudah penuh, kami telat bu” . Tanpa menjawab sepatah katapun petugas itu pergi ke dalam, aku bingung karena setahuku orang yang sudah wudlu memang tidak boleh bersentuhan dengan kulit laki laki, tapi apakah bicara juga dilarang? mencoba mengingat ingat pelajaran Sekolah Dasar Bab Shalat 5 Waktu kelas 3 tapi gagal karena memang tak ada aturan seperti itu.

Selang 45 detik petugas itu nampak dengan membawa kain hijau sepertinya sajadah dan menyodorkan kepada kami, “silahkan . .” sambil tersenyum. Pikiran bodohku hilang seketika karena reflek menjawab “matur nuwon sanget”. Kemudian tanpa pikir panjang kami gelar ke-2 sajadah (1 bawa dari kos, 1 dipinjemi petugas yang ramah tadi) secara horizontal dengan anggapan bisa menampung ketiga badan kami yang tak pantas dibilang anak kecil.

shalat di masjid kubah emas meskipun di penitipan sepatunya berhasil membuatku gemetar dari setiap doa shalat yang aku panjatkan ke Allah. Sungguh merasa sangat kecil dihadapanmu ya Allah. Selang beberapa menit kemudian shalat selesai dilaksanakan, doa yang aku panjatkan berbeda seperti doa yang biasa aku ucapkan sehabis shalat. Ga tau kenapa, apakah aku merasa di situ adalah tempat yang sangat tepat dalam memanjatkan doa atau bagaimana, yang jelas sangat nyaman hatiku ketika shalat di situ.

Setelah shalat, kami segera menemui 2 temen perempuan yang salah satunya adalah penghuni hatiku setiap hari. Rasa ini semakin lengkap ketika melihat dia. Seperti byasa, anak jaman sekarang kalau gak foto ga puas, jadinya kami saling foto – foto mencari di tempat yang menurut kami pas (kelihatan kubah Mas nya). Aku juga foto dengan dia lhoo ,,!! hahaha sambil memanjatkan doa dalam hati (“Ya Allah, izikan kami (aku dengan wii) kembali ke sini dengan . . . . . . . ” amiiin.).

terasa beda shalat ied kali ini, disamping bisa shalat bareng wii, aku juga di beri kesempatan shalat di masjid Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid. 1 panjatan doa untuk beliau.

“kelak anda akan melihat balasan dari keikhlasanmu dalam membangun rumah Allah semegah ini, Beribu – Ribu orang mendoakan anda, dan aku termasuk didalamnya “

dejavu . . mengenang . .

24 Nov

dejavu dan mengenang, begitulah kira kira aku menggambarkan apa yang ada di dalam hatiku sejak pagi tadi. Hari ini karena ada keperluan untuk kerjaku, aku harus ke jakarta barat lagi, lebih tepatnya ke kantor yang lama (kantor pertamaku kerja). Yaa bisa ditebak aku pasti akan ketemu dengan temen temen lama, atasan – atasan lama, tempat tempat lama, semua keadaan ini (temen, suasana, bau, iklim, tempat) membuatku serasa dejavu pada keadaan 1 tahun yang lalu. Tak terasa hampir 1 tahun aku meninggalkan kantor lamaku.

Sayang . . disamping kegembiraan temen temen karyawan menyambut kedatanganku, tapi banyak juga temen temen yang sudah tak berkandang di perusahaan lamaku alias pindah. But over All, mereka semua mengingatkan suasana beberapa waktu lalu, dan aku seneng atas itu, karena aku pribadi tak pernah anggep mereka partner kerja, atau teman karyawan, ato apalah yang bisa ngebatasi bercandaan ‘konyol’, ‘GJ’ kami bersama, tapii aku anggep mereka keluarga, heem bisa di bilang keluarga jauh, sehingga kami bisa bercanda, sharing tanpa ada batasan ras, agama, status sosial, dll yang bisa membuat perselisian di antara kami.

Hahaha suasana Iedul Fitri melekat erat pada suasana pagi tadi ketika aku mulai bertemu dengan petugas keamanan di bagian paling depan kantor. “wadoo mas gimana kabarnya, gemukan dikit sepertinya” . . kata kata itu langsung melabrakku ketika aku baru tingak – tinguk melihat suasana kantor lamaku di ujung gerbang. “ouh pak, gimana kabarnya, wadoo lama tak jumpa . . iiya nih gemukan (gimana ga gemuk, orang masih dalam proses penggemukan badan yang diterapkan owii(panggilan sayangku pada istriku) kepadaku)” , “yauda Pak saya masuk duluan yah, masih boleh masuk kan ? soalnya ini juga uda telat, hehe assalamualaikum”.  Kata kata itu memisahkan pertemuanku dengan pak pengaman kantor. Sesampai di ruang kerja, langsung aku salamin tempat duduk paling depan sampai yang paling belakang untuk mewakili kata “sangat senang bertemu dengan kalian lagi” yang tak sempat (*malu lebih tepatnya) aku keluarkan dari mulutku pada mereka semua. Jadi kayak iedul Fitri pake salam salaman seluruh karyawan.

Disamping rasa senangku karena reuni sodara jauh, aku juga merasa malu pada para atasan atasan yang dulu aku pamitin sebelum aku keluar, “semoga ketemu lagi di laen waktu dan laen kesempatan yang pastinya dengan keadaan yang berbeda(aku sduah jadi orang sukses maksutnya)“. Telalu cepat Allah mempertemukanku dengan mereka semua karena aku masih belum jadi apa – apa, hanya nyengar – nyengir karena maluku sendiri ketika aku bertemu dengnan mereka sambil batin “Insya Allah waktu yang aku katakan dulu bukan sekarang ini yang dimaksut” (*mencoba menghibur sendiri). Yaah dari tadi pagi isinya cerita – cerita dengan mereka semua khususnya dengan mas sapu, orang yang bersedia mendidikku dari pertama aku masuk perusahaan itu. Sebenernya bukan suatu “ketersediaan” si, tapi suatu “keterpaksaan”, but apapun itu aku sangat berterima kasih sama beliau atas ilmu yang digelontorkan pada otak alotku.

Waktu berlalu begitu saja tanpa kami sadari, maklum lagi PKK kantor jadi ga terasa, wkwkwkw. Tepat jam 12 ketika aku melirik kekanan bawah monitorku, dengan sengaja aku membuka Gtalk yang dari tadi aku nyalakan, dan men-chat 2 sahabatku di perusahaan yang baru aku tinggal kemaren senin. “ayo maem, , ke baseman aa??” degnan cekatan kedua sahabatku menjawab “ayoo, iiya ke baseman” dan melanjutkan percakapan yang selalu kami ributkan ketika jam tepat pukul 12 siang (istirahat makan siang).  Kemudian sahabatku nyeletuk “jamput koen mean ancene.  . bikin aku termenung . .” in Indonesian mean’s “Lu emang dasar!! mean . . membuakku termenung”. Keadaan itu kontras melintas di hatiku dengan keadaan yang ada di kantor lamaku tadi pagi. “yah kita hanya bisa mengenang masa yang sudah berlalu”.  hehehe.

 

^^

antara IMTEK dengan Kemiskinan

19 Nov

Bab yang aneh  menurutku. Dengan santainya bab tersebut mendeklarasikan dirinya dengan size font 36, type font Times News Roman, capslock, dan bold bertuliskan “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan” . Menurut anda apa yang janggal ?? hahaha kagak nyambung deh sepertinya. Apa hubungannya antara ImTek dengan Kemiskinan ?? kalau di paksakan pun jadinya gini, “karena manusia tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, jangan harap bisa menjadi kaya(miskin)”. Hahaha bener ga si? But over all, karena memang seperti itu babnya, apa boleh buat, aku akan bahas itu semua di tugas kuliah kali ini.

Ilmu pengetahuan, apa yang ada di pikiran anda ketika dengar kata kata itu ? apakah sebuah buku tebal seperti kitab yang didalamnya berisikan rumus – rumus tentang sesuatu ? atau kah cairan cairan dari  berbagai zat yang berasap dan lain sebagainya ? Jawabannya adalah “tidak”. Ilmu pengetahuan tak se-menakutkan itu, tak seribet itu, tak sesulit itu.

Menurutku Ilmu pengetahuan adalah lingkungan sekitar, atau kehidupan sehari hari. Mengapa aku bisa katakakn seperti itu ? semua hal tersebut hanya perlu anda anda sadari saja. Contoh paling sederhana adalah ketika anda minum es di gelas, ternyata bagian luar gelas ikut basah, mengapa itu terjadi ? atau ketika anda beli kerupuk 500 rupiah dan anda membayar 1000 maka kembalian yang anda terima adalah 500 rupiah, atau anda sedang menyalakan lampu, bagiamana lampu itu bisa menyala ktika kita tekan sakla. Dari kesemua contoh sederhana itu bisa di katakana ilmu pengetahuan. So apakah masih seperti buku tebal berisikan rumus lagi ??

Sebenarnya adanaya ilmu pengetahuan tersebut sangat berpengaruh dalam proses kehidupan sehari hari. Bagaimana anda mencapai sesuatu, bagaimana anda ingin mendapatkan sesuatu atau semua nya tak lepas dari ilmu pengetahuan. Beda orang yang tak berilmu dengan orang berilmu sangat mencolok jika kita lihat dari kehidupan sehari hari. Contoh sederhana adalah seperti berikut :

Seorang kasir atau seorang penjual jajan yang berilmu akan melayani pembeli dengan cepat, misalnya bisa menghitung dengan cepat atas total pembelian dari semua barang yang dib eli oleh pembeli, jika orang tak berilmu akan kebingungan dalam memberikan kembalian uang atau bahkan bisa juga salah mengembalikan. Efeknya sudah terlihat, jika kelebihan maka toko itu akan rugi, jika kurang maka orang itu akan dimarahi pembelinya.

Kemudian banyak juga kasus penipuan dalam segala hal. Perlu anda ketahui bahwa sekarang ini banyak orang yang berilmu yang menyalahgunakan ilmu yang mereka punya, yaah seperti penipuan gitu lah, apabila anda tak berilmu maka anda akan menjadi “santapan empuk” bagi para penipu tersebut. Tinggal anda mau atau tidak menjadi korban mereka, jika anda waras atau sehat anda pasti tak mau bukan ? hahaha karena aku waras dan sehat maka aku juga tak mau menjadi korban mereka.

Kemudian bagaimana usaha anda agar tidak menjadi korban dan selalu berkarya setiap harinya untuk mencapai hidup yang lebih berarti.

Carilah ilmu sampai negeri cina

Mungkin kata kata itu pantas untuk menjawab pertanyaan itu, sadari bahwa ilmu tak akan pernah habis, setiap hari bertambah, maka anda mau tak mau harus mengikuti keadaan tersebut, apabila anda benci ilmu maka anda termasuk orang yang merugi, anda tak bisa hidup lebih baik, tak tau apa apa, tak dapet apa apa. Trus jika memang seperti itu, untuk apa anda hidup ?

Tanyakan kembali pada diri anda masing masing atas itu, sehingga anda menjadi semangat kembali dalam mencari ilmu. Tak ada ruginya seseorang mencari ilmu. Ditambah lagi sekarang ini banyak alat alat elektronik yang canggih canggih. Karena memang teknologi setiap detik akan berganti, dan itu diprakarsai oleh semua orang di dunia ini, tak ayal teknologi selalu bertambah setiap harinya.

Jangan pernah bangga melihat hasil teknologi jika anda tak mengerti cara memakainya apalagi cara membuatnya.

Yaah rasa itulah yang selalu berada dipikiranku, jika ingin maju minimal anda tahu bagaimana kerja suatu teknologi itu, atau klo anda sangat semangat maka jangan hanya menikmati tapi bagaimana cara membuat itu. Semua hal akan memacuku sehingga aku tak pernah berhenti mencari ilmu dan aku tak akan pernah lelahm, aku berharap anda semua juga begitu, sampai suatu saat ada diantara kita yang ikut andil dalam pembuatan teknologi tersebut.

Sebenernya banyak hal yang menghambat dalam pencarian ilmu. Langsung saja, kemiskinan sangat menghambat anak bangsa dalam mencapai mimipinya. Bagaimana mereka semua dapat mewujudkan semua mimpinya apabila materi saja tak ada. But jangan berkecil hati, miskin bukan berarti anda kalah dengan orang kaya, jika anda rajin menimba ilmu, emm contohnya anda ingin menjadi penulis, tak perlu gembor gembor untuk mencari les agar bisa menulis dengan baik dan menarik, yaa sering sering saja baca koran atau majalah bekas/bungkus makanan anda ketika anda beli gorengan dll. Dari tulisan dapat menimbulkan inspirasi anda.

Kata kaka slank :

Gak ada daging ya makan tempe
gak ada telor ya makan tahu
gak ada minyak ya pake kayu
gak ada lampu ya pake obor

gak punya jaguar ya naek cikar
gak tingga di PI ya tinggal di Potlot
gak punya dolar ya nyimpen rupiah
gak punya apa2 gak takut apa2 !!!

 

Materi bukan segalanya dalam pencarian ilmu kawan, tak perlu takut tak ada materi maka tak akan punyua ilmu. Materi boleh segalanya , tapi maaf .. tekat , keinginan  ada di ribuan tingkat setelah kata “segalanya”.

Pesan Terakhir Budhe

15 Nov

4:27 PM 6/3/2010

KAU ambil salah satu dari 2 orang yang paleng aku sayangi, hormati, contoh, idolakan, jaga, tujuan pertama dalam hidupku,, banyak orang diluar sana, kenapa KAU ambil budheku ya Allah ?? apa KAU cemburu atas perasaanku pada beliau ya Allah. KAU paling atas ya Allah, mereka berdua hanya menempati 1 tingkat di bawah Rosul kekasihmu, nabi, malaikatmu, dan semua perlengkapanmu ya Allah.

Hal pertama yang muncul di benakku adalah kalimat diatas. Lemes, letih, tak bertenaga, linglung, semua tertera pada keadaanku waktu itu.

Kamis, 2004

Pertengkaran antara aku dengan kakakku terjadi. Hal itu biasa terjadi dalam keluargaku sebelumnya. Karena kakakku emang sengaja nggoda agar aku nangis. Tinggal tunggu waktu, nangis lah aku, kali ini pertengkaran tidak seperti biasanya. Bundaku menangis ketika melihat pertengkaranku dengan kakakku. Aku sempet lihat itu sebelum aku nangis karena kelakuan kakakku Sampai akhirnya kami(kakak and aku) lelah dan tertidur lelap, dan ketika aku bangun sepiring nasi sudah ada disamping aku. “laper kan de’, cepet dimakan gii!” kata kakakku sambil ngisep rokok. “iya thank’s” tanpa pikir panjang aku lahap tu makanan sampai habis, maklum capek and kelaparan setelah pertengkaran tadi. Hari itu berlalu begitu saja tanpa terjadi apa apa.

Jum’at 2004,

Aku lagi sibuk nyiapin bahan buat PERSAMI sabtu besok, karena PERSAMI besok adalah pelantikanku menjadi TERAP(tingkatan tertinggi SKU tinggkat penggalang). Setelah ku itung – itung ternyat masih kurang lengkap, kemudian aku berinisiatif untuk pergi kerumah budhe siapa tau punya perlengkapan yang aku cari. “tok .. tok .. tok .. mekoom” aku ketuk pintu budhe sambil ngintip di balek kaca, “wa’alaikum salam wr.wb ,, laen kali salam yang bener, masak ada salam cuma ‘mekom’ duank, dosa loo, sini masuk, ada apa ki?”. hehe sambil meringis aku masuk kerumah budhe, “anu budhe, budhe punya tali rafiah, sama kayu bakar? buat persami besok budhe, aku mau di lantik menjadi penggalang TERAP, hehe gagah gak budhe ?” dengan bangganya aku bilang seperti itu ke Budhe. “Ouh mau PERSAMI lagi thoo, itu liat aja didapur, ada kayaknya”, kemudian aku masuk ke dapur rumah budhe.

Selang 5 menit aku uda dapet apa yang aku cari “budhe ini uda ketemu, matur nuwon sanget yah budhe, mau pulang dulu, assalamualaikum warrohmatullahi wabarokaatuh”. Dengan senyum budhe bilang “naah gitu dunk salam yang bener, wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, eh bentar bentar sini duduk sama budhe”. “heh ..!! ada apa budhe ?” aku taroh brang tadi yang aku bawa di depan pintu, kemudian cuci tangan dan duduk di samping budheku.

Sambil mengelus kepalaku, dengan nada lembut budhe mengeluarkan suaranya yang kalem, “kemaren berantem lagi ya sama mas?”. “hehe ,, nah mas ganggu ade'(aku) kok, yauda ade’ balas” sambil garuk garuk kepala aku jawab pertanyaan budhe.ouh emang mas nakal ya de’ ya, laen kali klo di ganggu lagi sama mas gak perlu di hiraukan ya de’..langsung lari aja kerumah budhe, ntar budhe bela, ya de’ ya ??. Emm .. “kenapa emang budhe ?, ntar kalau ade’ diem aja pasti kakak semakin jail ke ade’, hayoo gimana budhe?.”. Kemudian mengeluarkan senyum khas nya, “ade’ tau kenapa budhe bilang gitu ?”. Dengan polosnya aku jawab “engga’”. Dengan bisik – bisik budhe menjawab “kemaren sehabis kamu sama kakak berantem, bunda langsung ke rumah budhe, sambil nangis beliau bilang seperti ini dek “ :

Bunda : “anak – anak itu gimana ya mba’ ya ?

Budhe : kenapa emang?”

Bunda : tiap hari kok berantem melulu

Budhe : haalaaah gak perlu dipikir, kamu itu kayak baru liat mereka berantem aja, sudah biasa kan?

Bunda : iyaa biasa, tapi kan sebenernya aku juga pengen anak – anakku rukun, saling membantu, saling menghormati, apakah ada yang salah dengan didikanku?

Budhe : kamu sudah bener, bagus malah, buktinya diluar kenakalan mereka, mereka termasuk anak yang baik – baik diluar sana, yauda tenang ajah, ntar biar aku yang kasi tau mereka

Deeeeg .. hati aku merinding mendengar budhe cerita .. selama ini seorang bunda yang terlihat baik – baik saja, yang tak pernah nyubit ato nimpukku seperti kebanyakan ortu laen pada umumnya, gimana mau nyubit atau nimpuk ? bicara dengan nada keras(marah) pun tak pernah beliau lakukan pada anaknya, ternyata dibalik senyumnya(hanya tersenyum ketika melihat anaknya berbuat salah) sebenernya bunda menangis, sebenernya bunda sedih, sebenernya bunda sama sekali tak menginginkan itu. Dengan merunduk air mataku menetes tanpa sadar, aku hanya terbelalak atas semua yang telah aku perbuat dengan bergumam didalem hati “betapa hina nya aku sebagai anak atas apa yang telah kuperbuat terhadap bunda, terhadap kesabaran seorang bunda terhadap anaknya”. Kemudian budhe menyambung kata – katanya “apa ade’ gak pernah sadar kalau bunda terlihat tua akhir – akhir ini? Iyah bunda sering menemui budhe buat ngomongin ke-4 anaknya”. Mengucur deras air mataku .. “ade’ laki – laki gak boleh menangis !! tapi ganti air matamu dengan perbuatan yang membuat bundamu tersenyum dengan ikhlas, bukan senyum kecewa karena tingkah laku anaknya”. Dengan nada pelan budhe katakan itu semua, budhe keluarkan semua keinginan bunda. “yaudah mulai sekarang gak perlu berantem kayak gitu, kesalahan ade’ selama ini uda cukup besar, mangkanya mulai sekarang jangan buat bunda menangis, ade’ harus bisa selalu buat bunda tersenyum bangga, bisa janji sama budhe?”. Aku angguk kan kepala setelah aku resapi tiap kata yang budhe ucapkan ke aku. “Yauda kalau gitu sekarang ade’ pulang, katanya mau PERSAMI, sudah lengkap semua emang ?”. Aku peluk budhe dengan berbisik “terima kasih banyak budhe”.

Sesampai dirumah aku liatin dari jauh bunda yang sedang masak. Beliau mengusap keringat yang menetes di dahinya. Kemudian bunda melihatku, sambil tersenyum beliau berkata “berangkat PERSAMI jam berapa ? Inget makan dulu sebelum berangkat”. “he’eh, masih besok kok berangkat PERSAMI nya” aku jawab sekenanya, kemudian Aku memejamkan mata dengan memikirkan setiap kata yang budhe katakan padaku. Aku tetapkan dalam hati aku sedalam – dalamnya “Tak akan pernah aku berbuat hal yang tak membanggakan bunda”. Itu adalah janji seorang laki – laki, dan janji seorang laki – laki harus ada tanggung jawabnya dan tak boleh dilanggar.

Sabtu 2004

Pagi – pagi aku sudah siap dengan perlengkapan dan barang bawaan buat PERSAMI. Sarapan pagi, pamit ke-2 kaka’ku dan ade’ku sambil salim aku tanya “bunda kemana ka’?”, “liat aja tu dirumah budhe” kata kaka’ku, “ouh, ok .. mekom”. Aku meluncur ke rumah budhe dengan perlengkapan pramuka aku, bawa tongkat, tali putih aku iket di sela sabuk, dengan memakai topi Pramuka. Dari jaoh terlihat bunda dan budhe sedang duduk duduk di teras depan rumah budhe, dengan keras budhe bilang “tu lihat ade’ gagah tu bunda”, dengan meringis aku jawab “ya ealah seacara ..!!, bunda uang saku” sambil menyodorkan tanganku kedepan bunda pas. “Ni uang sakunya, trus ini camilannya, disitu ada susu, roti, dan camilan laen, eh ini juga jangan ketinggalan ‘minyak kayu putih’, baek baek yah di sekolah ..” sambil ngusut kepala aku bunda bilang gitu. “ok siap, bunda tenang saja, hehehe” kemudian aku salim ke bunda. Kemudian budhe menyahut “ini budhe kasih tambahan uang saku, gak boleh buat beli macem – macem, inget perutnya gak kuat gitu kalau maem semabarangan”. “hehe makasi budhe..salim ..”, ketika aku mencium tangan budhe, budhe berbisik “inget pesen budhe”, kemudian aku jawab “siap budhe”(sambil hormat), eh ternyata  bunda tau kalau budhe berbicara sesuatu, kemudian bunda bertanya “ngomong apa budhe?”, dengan ketawa budhe jawab “ya HARASIA tah ya dek ya ..”, “woo .. yauda cepet berangkat sana, keburu telat ntar ..”, “assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuuh” sambil jalan menjauh dari bunda dan budhe aku ucapkan salam.

Sabtu malem 2004

Waktu itu semua penggalang dikumpulkan dilapangan sekolah yang gelap gulita(sengaja lampu dimatikan). Dengan mata tertutup(ditutup hasduk) semua penggalang berbaris di tengah lapangan. Kurang lebih 30 menit berlalu, tiba – tiba terdengar suara speaker yang kurang jelas “penggalang dengan nama syahriful muzaki diharap kesekretariat”. Berulang – ulang kata kata itu diucapkan, aku gak sadar karena memang speaker terdengar kurang jelas, kemudian ada salah seorang teman yang berbisik kepadaku “sat.. namamu itu cepat keskretariat !!”. Kemudian aku dengerin sekali lagi “kami ucapkan sekali lagi, penggalang dengan nama syahriful muzaki diharap kesekretariat”. “wedeew bener itu nama aku”, kemudian aku melepas penutup mata dan pergi ke sekretariat, ternyata disana sudah terdapat sepupu aku yang njemput aku. “ada apa mb’ ?”, “gak apa apa, sama mbah buyut disuru pulang” jawab sepupu aku sekenanya. “pasti ada yang gak beres ini kalau sampai disuruh pulang sebelumnya waktunya, karena sebelumnya tak pernah juga seperti ini, apa terjadi sesuatu pada bunda? Jangan ya Allah, tolong aku” tak henti hentinya hatiku meracau, setelah mengambil semua perlengkapan aku, aku pamit pada pembina pramuka dan sebagian teman yang terlihat, dan kemudian aku pulang dengan naek becak sendirian, karena waktu itu sepupu aku bawa motor dan gak langsung pulang soalnya mau ke sepupu yang laen. Di atas becak hatiku masi meracau tak karuan, “aku liat aja dari perempatan jalan, semoga aja tak ada bendara putih dengan palang hitam ditengahnya berkibar didepan gangku”. Aku bingung tak karuan, setelah sampai di perempatan jalan(jarak masi 500M ke gangku) becak berenti karena memang mata rambu rambu lalu lintas  warnanya merah waktu itu. Dengan menajamkan mata, aku lihat disekujur pinggir jalan dekat gangku. Sebuah bendera warna putih dengan palang hitam ditengahnya berkibar didepan gang aku. “jancik(perkataan kasar daerah Jatim), pak cepet pak !! melem gak ada polisi !!!” sambil aku gebrak  atap becaknya, “iya dek” sahut Pak tukang becak bergegas menjalankan becaknya yang semula berenti. Keadaan tersebut semakin nyata ketika jarak sekita 300M dari gang aku, disitu terdapat banyak banget orang yang ngumpul di depan gang aku.”Ya Allah jangan ambil bundaku ya Allah” gumamku, pada saat itu yang ada dipikiranku hanya bunda, bunda, bunda, tak ada orang laen selaen bunda. Setelah sampai didepan gang aku baca pengumuman dipapan tulis sebesar cendela rumah bertuliskan

“Innalillahi wainnailaihi roji’un, telah pulang ke Rahmatullah

Nama : Chalimatus Sa’diyah

Hari ………..”

Seakan kalimat terusan dari papan tersebut terlihat kabur, dan badan aku mulae lemas dan terjatoh dari becak kemudian dibopong orang – orang sekitar yang berteriakan “ini ponakannya, minggir semua”. Aku dibopong kerumah aku yang melewati rumah budhe, aku hanya melirik rumah budhe aku, sangat ramai keadaan malem itu.”kenapa harus budheku ya Allah” kemudian gelap tak terlihat apa apa. Ketika aku buka mata, ternyata sudah didalem kamar aku didampingi kakakku, ini minum teh anget dulu. Tanpa menghiraukan tawaran kakakku, aku langsung ganti pakean(karena waktu itu masi makek seragam pramuka), wudlu langsung ke rumah budhe.

Di ruang tamu rumah budhe, aku liat wajah mas atok dan mas fendik(anak – anak budhe) uda bengep gak berenti nangis. Meskipun uda pada gede(ke-2 nya kuliah waktu itu) tapi ke-2 anak budhe masih manja sama budhe dan sayang banget sama budhe. Kemudian didepan mereka berdua terdapat meja besar dari kayu setinggi lutut dengan kain batik coklat penutup membentuk menyerupai badan manusia. Aku dekat meja itu dari posisi berlawanan dari mereka berdua. Aku buka kain batik penutup itu, ‘sreeeng’ hati aku bergetar setelah aku lihat itu rambut budhe, mata aku mulai berkaca – kaca, iyaah wajah ayu budhe tergeletak kaku di meja itu, aku pegangi pipinya, dingin, aku cium pipinya, aku peluk budhe, air mataku mengucur deras,

bangun budhe ..” aku berbisik ditelinganya.

“ayo naik haji sama bunda sama ade’..foto bareng dirumah mewah Allah..dipigura fotonya .. bangun budhe ,,bangun..bangun..”

(tujuan pertama dalam hidup aku adalah menaikkan haji mereka berdua,’lebih jelasnya ada di Tujuan Pertama Hidupku). Mengucurkan semua air mata yang aku punya dipundak budhe.

Selang 30menit, bunda datang sambil membawa banyak buku surah yasin, sambil meneteskan air mata bunda berkata “de’… kalau ingin bantu budhe, kalau ingin budhe senyum, kalau ingin budhe seneng lekas berwudlu, bacaen surah yasin untuk budhe”. Yaah aku sadar hanya itu yang bisa aku lakukan setelah semua ini terjadi. Waktu itu aku baca 1 surah yasin begitu lama(karena gak kuat nahan air mataku), semua orang sudah baca untuk ke-4 kalinya tapi aku 1 saja belum genap. Suara serentak bacaan surah yasin bergelora hingga pagi, aku hanya baca 2 kali surah yasin selebihnya aku shalat malem dan mempertanyakan pada Allah, apa semua arti dibalik semua ini. Setelah lama menghujat Allah doaku terakir adalah :

Allah.. Jika memang ini mauMu, ambilah, ambil semua yang KAU mau. Tapi dengan 1 syarat TEMPATKAN ORANG ORANG YANG SANGAT AKU SAYANG DI TEMPAT TERATAS YANG ALLAH PUNYA. Aku ikhlaskan semua padaMu Allah..

Minggu Pagi 2004

Rencana sekitar jam 9 pagi jenazah budhe diberangkatkan. Sebelum waktu itu tiba kami para keluarga bergencar lagi untuk membacakan surah yasin dan surah surah yang laen untuk budhe, semua orang terlihat gila waktu itu(menurut aku). Membaca, menangis tak henti – henti dilakukan, tak hanya keluarga tetapi semua tetangga melakukan hal yang sama dan secara bergantian, karena mereka semua ingin, mendoakan dekat dengan jenazah budhe. Aku tersenyum melihat keadaan itu

hari ini .. ENGKAU tunjukkan padaku betapa budheku sangat baik, mempunyai hati yang mulia, tak hanya baik terhadap keluarga, tetapi ke semua orang. Semua orang sangat kehilangan sosok budheku. Allah jangan lupa TEMPATKAN BUDHEKU KESISI TERATAS YANG KAU PUNYA”.

Tepat pk 09:00 jenazah budhe diangkat mulai dari mas atok, mas fendik, mas eko(kakakku), dan semua sepupu mengangkat jenazah untuk dibawa ke pemakaman. Karena aku masih kecil jadi aku hanya bawa beberapa bongkah kayu sama bunga. Hawa – hawa pemakaman mulai tercium di idung aku, sial merinding aku(aku emang takut semua hal yang berhubungan dengan pemakaman). Tempat pemakaman sudah terlihat, kemudian jenazah budhe diturunkan di sebelahnya, mas atok dan mas fendik turun kebawah liang yang sudah digali oleh petugas gali kubur untuk menerima jenazah budhe. Tak lama kemudian mas fendik(anak pertama) memulai untuk mengadzani jenazah budheku, tetapi baru memulai adzan mas fendik sudah gak kuat menahan tangis, sehingga dilimpahkan ke mas Atok. Sambil menangis mas Atok mengumandangkan adzan hingga selesai. Tangis ini mengucur lagi ketika aku liat jenazah budhe hanya diberi gumpalan tanah liat berbentuk bola sebesar kelapa sebagai bantalnya, kemudian kayu sebagai penutup jenazah budhe. “yaa Allah …” aku hanya menghela nafas panjang sebagai tanda nahan tangis aku.

Setelah semua sudah selesai, jenazah budhe sudah tertutup tanah liat maka semua mendoakan dan pulang, tapi setelah semua meninggalkan pemakaman, aku, mas atok, mas fendik seolah tak rela meninggalkan budhe. Menurut pelajaran yang aku trima di Sekolah Dasar, ketika jenazah dimakamkan kemudian para pengubur mulai meninggalkan pemakaman 7 langkah dari pemakaman maka Malaikat Mungkar dan Nakir akan datang untuk menanyai Budhe, aku mau nemenin budhe, biar gak sendirian ketika ditanyai kedua Malaikat tersebut, sungguh pikiran aku sudah hilang waktu itu. Akirnya mas fendik mengajak pulang kami(aku dan mas atok). Dengan tangis kami kembali pulang, budhe baik baik disana, aku akan selalu doaen budhe itu adalah kata – kata terakir sebelum meninggalkan budhe sendirian. Dirumah akan diadakan tahlil selama 7 hari 7 malem, begitulah adat di daerah kami.

Selang beberapa minggu dari kembalinya budhe ke Allah, kakakku mulai lagi, dia mulai ganggu aku. Tapi sebelum dia ganggu aku lebih lama, aku inget pesen budhe.

laen kali klo di ganggu lagi sama mas gak perlu di hiraukan ya de’..langsung lari aja kerumah budhe, ntar budhe bela, ya de’ ya ??“.

Seketika itu aku lari ke rumah budhe, minta perlindungan budhe, karena budhe janji mau belain aku klo diganggu kakak aku. Sesampai di rumah budhe aku langsung masuk ke kamar budhe nangis disitu karena tak ada lagi yang belaen aku.”budhe kemana?? ..” pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut aku. Kemudian kakak aku menyusul ke kamar budhe, “kenapa kamu ki? Perasaan aku belum goda kamu, kok nangis duluan?” dengan santainya dia tanya seperti itu. Dengan nangis aku jawab

“kata budhe, kalau kakak ganggu aku lagi, maka aku disuru kerumah budhe, pada saat itu budhe akan belain aku.. tapii kemana budhe sekarang???!!”. Kemudian kakak mendekat dengan berkata “budhe sudah belain kamu, sebelum budhe meninggal beliau pesen ke aku ’jangan ganggu ade’mu lagi’, dan aku tak akan ganggu kamu lagi, kita uda besar, tak perlu melakukan hal itu lagi, berterima kasih lah pada budhe dengan mendoakan budhe tiap hari”, aku mengangguk dengan pelan.

Sejak saat itu kebiasaan berantem tak lagi ada dikeluarga kami, kami saling membantu, menghormati, seperti yang budhe bilang. Sejak saat itu pula aku janji pada diriku ndiri untuk selalu buat bunda bangga. Ternyata Allah mendengar janjiku, sehingga beliau mengabulkan janjiku.

“budhe hari ini aku tepati janjiku dengan nilai raporku yang bagus, dan bunda sangat bangga”.

“budhe hari ini bunda dipanggil ke atas panggung karena aku meraih juara 1 dalam pencapain NUN taun ini, dan beliau tersenyum iklhas pertanda beliau bangga”.

“budhe hari ini aku dapet ditrima di smk telkom, dan bunda bilang ’semangad buat belajarnya’ pertanda bunda bangga”.

“budhe hari ini aku dapet beasiswa karena nilai raporku masuk 3 besar, dan bunda bilang ‘heem dapat uang jajan lebih dunk, jangan lupa sodakoh’ tanda bunda bangga”.

“budhe hari ini aku lulus smk dengan nilai lumayan bagus meskipun tak masuk 10 besar, tapi aku uda ketrima kerja dijakarta, dan bunda hanya bilang ‘baik baik ya dijakarta’ tanda bunda bangga”.

“budhe hari ini aku ditrima kuliah di universitas yang bagus, terakreditasi A, dengan biayaku sendiri, dan bunda bilang ’mesti bisa bagi waktu untuk kerja dan kuliah, uange ditabung jangan boros’ tanda bunda bangga”.

“budhe sebenernya aku pengen disetiap pencapaianku, budhe ada di sebelah bunda untuk terima kabar gembira dariku, maka lengkaplah kegembiraanku, tapi aku yakin. Di atas sana budhe tersenyum untukku”.

Akusayangbudhe.

Tujuan Pertama Hidupku (about Haji)

12 Nov

Berikan umur panjang pada beliau.

Aku mohon dengan taruhan nyawaku ya Allah.

Beri aku sedikit waktu untuk tunaikan kewajibanku.

Seragam merah putih adalah seragam dinas setiap hariku waktu itu, lebih tepatnya tahun 2000 aku bersama keluarga besarku mengantarkan budhe ( kakak kandung bundaku ) kedepan gang kampung rumahku yang kebetulan tepat didepan Masjid Agung Baiturrahman. Menggigil dibarengi dengan pemberontakan secara massal oleh bulu kudukku aku melangkah dibarisan paling belakang rombongan keluargaku. Hanya beberapa kedip mata saja aku bersama keluargaku telah sampai didepan kampungku, karena memang rumah kami tak jauh masuk dari gang kampung yang ada dipinggir jalan kotaku. Hamparan baju putih putih dan sangat ramai saat itu membuatku merasa hari ini adalah hari spesial.

Hari ini adalah pemberangkatan bagi orang – orang yang sangat beruntung karena mendapatkan secarik undangan langsung dari Allah untuk mengikuti acara di Rumah Allah, Mekkah dan Madinah, Saudi Arabia. Orang yang menerima undangan dari Allah bukan hanya siap secara materi, tapi harus siap batin juga, kadang untuk mencocokkan agar kedua “siap” itu bisa berjalan searah bukanlah suatu yang mudah, maka dari itu orang – orang yang mendapat undangan langsung dari Allah termasuk orang – orang yang beruntung. Alhamdulillah budheku termasuk didalam orang – orang tersebut. “semoga menjadi Haji yang mabrur” Doa terakhir dari kami para keluarga yang ditinggalkan sementara sebelum budhe naik bus jurusan Airport Juanda Surabaya .

Pemberangkatan beliau ke Tanah Suci menimbulkan suatu hoby baru bagi keluarga besar kami, disamping mendoakan dan mengaji untuk kesehatan, keselamatan budhe di Tanah Suci, kami para keluarga juga selalu mandeng TV apabila ada info liputan mengenai jama’ah Haji Indonesia di sore hari. Waktu itu aku duduk disamping bundaku, sambil kusut kusut rambutku beliau mengutarakan “bunda pengen samean(kamu) berangkatkan Haji suatu hari nanti”. Dengan lantang dan sepontan aku jawab “iyah, kiki pengen berangkatkan bunda sama budhe Wul (budheku yang laen)”. Saat bersamaan budhe Wul datang ke rumah, spontan bunda bilang “Dhe Wul, kiki mau berangkatkan kita haji nanti”, dengan senyum lebar budhe menjawab “lhoo ya mesti noo (Lhoo ya harus lhoo). .nanti kita foto bareng di rumah Allah”. Mendengar itu aku senyam – senyum saja.

Masih ingat betul kata – kata janji yang aku keluarkan waktu itu sampai kini, meskipun aku ga pernah tahu seperti apa haji yang dimaksut pada waktu itu, yang jelas aku mantap dengan janjiku waktu itu. Hari itu menjadi hari bersejarah bagiku, saat dimana aku punya tujuan hidup untuk pertama kalinya, yaitu memberangkatkan mereka berdua, mereka berdua yang sangat aku hormati aku sayangi aku sanjung di dunia ini.

Tapi,, seakan Allah tak merestui tujuanku itu. Seakan Allah menertawakan tujuan seorang anak SD yang belum tahu apa apa mengenai Haji. Selang 1 tahun Dhe Wul meninggal. Lemas, terduduk, tak bersuara, shock, linglung waktu itu. Dan aku bergumam dalam hati

“aku belum sampai penuhi tujuanku ya Allah, tapi kenapa Engkau mengambil budheku ? Sebaik itukah budheku sehingga Engkau mengambil begitu cepat?”.

Mencoba mengerti apa maksut dari semua ini. Mencoba menerima dengan kenyataan yang  ada sekarang. Mencoba mengikhlaskan kebaikan, kesabaran, kerendahan hati, kesopanan, uluran tangan, kehormatan yang Budhe lakukan tiap hari kepada semua orang termasuk terhadapku yang kini tak lagi aku merasakan semua hal itu.

Tanpa sadar aku melihat bundaku diam, seoalah tegar dengan kepergian budhe, sok kuat melihat badan budhe terbujur kaku dibalik kain batik warna coklat didepannya. Tapi aku tau, rasa yang beliau rasakan jauuh lebih kehilangan daripada rasa yang kurasakan. Budhe termasuk kakak paling bunda sayangi, hormati, meskipun beliau berdua sering bertengkar waktu kecil dan bisa dibilang tak pernah akur (bunda dan budhe pernah cerita bareng di depanku tentang masa kecilnya). Aku salut dengan ketegaran bundaku, tak melihatkan kesedian di depan orang banyak. Beliau hanya meluapkan semuanya ketika sendiri dan ketika selesai shalat. Sampai 40 harinya pun bunda tak henti menangis sehabis shalat dan membaca surah Yasin untuk Budhe.

Saat melihat bunda waktu itulah aku tetap kembali hatiku, aku tata rapi kembali tujuan hidupku, kemudian aku curhat pada Allah dalam hati :

Allah, aku ikhlaskan semua yang KAU lakukan pada budheku. Kewajibanku hanya pada Bunda untuk menyelesaikan tujuanku. Tolong berikan umur panjang pada beliau. Aku mohon dengan taruhan nyawaku. Beri aku sedikit waktu untuk tunaikan kewajibanku“.

Mohon terangkan jalanku menuju tujuan pertamaku, mohon kabulkan semua doaku. Mohon beri waktu kepadaku, kepada umur bundaku. Aku tahu Engkau akan mengabulkannya.

Desa, Kota, and anything else, still different ?? yes for long time ago, what about now ?

10 Nov

“Desa” , “Kota”,  kedua kata itu akan sering aku ketik ditulisan kali ini, kedua kata tersebut seakan “bertolak belakang”.  Apakah memang benar lawan kata dari kota adalah desa ? kemudian apa yang membuat mereka jadi berlawanan kata ? apakah keadaan lingkungan, atau pola hidup, bisa jadi kebiasaan, dan laen sebagainya ?

Menurutku pribadi sebenernya mereka bukan bertolak belakang, juga bukan berlawanan kata. Mungkin itu benar jika diutarakan pada zaman dahulu (masih kentalnya adat, aturan dan lain lain). But jika pada zaman sekarang paling aku bisa mengatakan tidak, kedua kata tersebut sama saja. Lantas apa yang membuat aku bisa mengatakan “iya” pada zaman dahulu dan “tidak” untuk sekarang.

Pada zaman dahulu yang namanya desa dan kota sangat mencolok perbedaannya, dari segala aspek jelas sangat berbeda, secara garis besar contoh perbedaan itu adalah :

  • Lingkungan & Pola Hidup

Masyarakat desa mempunyai image saling menolong, saling tegor sapa, dan semuanya yang bisa menguatkan silaturrahmi, sedangakan masyarakat kota mungkin karena sibuk jadi tidak sempat melakukan itu, sehingga terkesan individualis.

  • Keadaan Alam

Keadaan alam yang asri membuat udara di sekitar pedesaan menjadi lebih segar, sehat, nyaman dipandang mata sedangkan di kota penuh dengan asap kendaraan, asap rokok dan tak ada tumbuhan yang mengurangi itu.

  • Ilmu Teknologi

Gaptek bisa dinobatkan pada masyarakat pedesaan, mengingat ilmu teknologi yang selalu update setiap detik dan mereka tak bisa mengikuti, hal yang berbeda di alami oleh masyarakat kota, ilmu teknologi sudah mengiringi mereka dalam membantu pekerjaannya.

  • Fasilitas

Tradisional adalah alat semua fasilitas yang mengikuti kegiatan sehari sehari masyarakat desa, pasar adalah andalan mereka jika ingin membeli kebutuhan sehari – hari dalam jumlah besar. Mall, hypermart adalah tempat yang sangat pas dalam mencari kebutuhan masyarakat kota. BerAC, bersih, modern, dll.

  • Adat Istiadat

Masih kentalnya acara – acara yang bisa membuat masyarakat desa berkumpul, saling ngobrol, meskipun just say “hello” atau “gimana keadaannya?”. Acara yang dimaksut seperti : PKK, ronda malam, acara rutin kumpul RT, perkumpulan remaja kampung seperti “karang taruna”. Di kota lebih fleksibel, rangkaian bunga yang dibubuhi 1 kalimat ucapan menjadi alternative jika orang tak bisa hadir dalam acara yang mungkin hanya ada 1 kali dalam setahun.

Contoh – contoh di atas adalah perbedaan secara garis besar yang kita jumpai pada masyarakat kota dan desa di masa lampau. Kemudian bagaimanakah keadaan masyarakat sekarang? apakah aspek aspek diatas masih sama di kehidupan sekarang? apa yang membutaku bisa katakan bahwa masyarakat kota dan desa tak ada perbedaan ? Okai okai ..! berikut opiniku mengenai hal ini :

  • Lingkungan & Pola Hidup

Semakin banyaknya urbanisasi yang terjadi pada zaman sekarang, membuat pola hidup dan lingkungan menjadi hampir mirip,  Hal itu terjadi karena memang mereka para urban membaur dengan orang kota dan tidak menutup kemungkinan kebiasaan mereka yang positif menjadi bahan tiru tiruan para masyarakat kota. Contohnya saling tegor sapa, atau yang lebih ekstrim masyarakat kota mulai belajar bahasa dari teman – temannya yang mungkin dari daerah tertentu, karena hal itu bisa dianggap menarik.

  • Keadaan Alam

Keadaan ini yang membuatku miris, baik di desa maupun di kota, persediaan tumbuhan hijau semakin sedikit, hal ini diberlakukannya pembangunan pedesaan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas warga desa. Sehingga keadaan alam desa dan kota hampir sama sekarang.

  • Ilmu Teknologi

Adanya program “internet masuk desa” atau banyaknya pemuda desa yang bersekolah di kota membuat pengetahuan masyarakat desa jadi maju selangkah. Suatu dampak yang positif menurutku. Sehingga masyarakat desa dan kota dapat bersaing, dan terbukti sudah ada contoh persaingan masyarakat desa dan kota dalam perlombaan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) yang di ikuti oleh seluruh Indonesia berbaur menjadi satu, tak peduli masyarakat desa ataupun kota, tapi kemampuan yang dikompetisikan.

  • Fasilitas

Karena adanya pembangunan desa, fasilitas di desa dibuat sedemikian rupa agar sama dengan keadaan kota, meskpun tak se-mewa dan se-modern kota tapi paling tidak lebih bersih dan nyaman.

  • Adat Istiadat

Baik di kota maupun di desa sama sama berkurang mengenai adat istiadan nenek moyang, hal ini dikarenakan ilmu teknologi yang semakin maju sehingga masyarakat menjadi lebih condong ke ilmu teknologi. Di samping itu semakin sedikit orang yang kental adat istiadatnya, sehingga tak bisa mensosialisasikan pada masyarakat yang terus berkembang biak berlomba lomba dalam melestarikan keturunan masing masing sehingga kepadatan penduduk menjadi salah satu masalah besar di Indonesia, hahaha.

Mungkin begitulah opiniku mengenai masayarakat desa dan kota untuk kondisi sekarang. Memang ada pro dan kontra atas semua perubahan yang terjadi pada masa sekarang. But itu tak menjadi masalah yang signifikan karena pada dasarnya masyarakat desa dan kota bukan bertolak belakang melainkan saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Hahaha tambah bingung bukan ? tadi bilang bertolak belakang, bahkan menyebutnya berbeda, dan tidak ada perbedaan pada masa sekarang, nah sekarang malah saling melengkapi .

Heem pernahkah anda berpikir bahwa nasi yang dimakan masyarakat kota berasnya berasal dari keringat para petani desa? (untuk beras lokal, karena sekarang ada juga beras impor dari luar) atau sayuran atau buah, dan laen sebagainya. Karena tak semua kota dapat di tanemi tumbuhan semacam itu, entah dari segi musimnya, tanahnya atau bahkan tak ada lahan untuk menanam itu semua.

Kemudian pernahkah anda berpikir bahwa program “Internet masuk desa” atau televisi yang ada di dalam gubuk anyaman masyarakat desa itu adalah buah pikiran dari masyarakat kota ???

Dari alasan alasan itulah kenapa aku bisa bilang 2 kelompok tersebut saling melengkapi. Karena dengan melengkapi itu juga kelangsungan hidup di semua aspek baik di pedesaan atau kota bisa balance .

Jika ada di antara kalian semua yang membedakan antara orang desa dengan orang kota, maka anda termasuk orang yang tak berpikir, orang desa bukan berarti bodoh atau gaptek, orang kota juga bukan berarti tak tau sopan santun atau tak punya adat, semua tergantung dari cara pandang setiap orang. Dan apabila memang terjadi akan hal itu, hanya perlu sedikit waktu untuk mereka belajar menjadi orang yang berilmu teknologi dan bersopan santun.

Door Duisternis Tot Licht

5 Nov

Kesenjangan Sosial, pertama kali terlihat di Indonesia ketika zaman penjajahan dimana kaum laki laki lebih diperioritaskan untuk hidup, mengenyam pendidikan, militer dan lain lain. Bahkan yang lebih ekstrim pada masa itu adalah, ada salah satu keluarga yang membunuh anaknya sendiri ketika baru lahir dengan alasan mendasar,yak ..!! alasan itu adalah “bayinya perempuan”. Mereka tak sampai mikir bahwa anak tersebut juga punya hak untuk hidup seutuhnya. Berikut beberapa alasan menurutku tentang kondisi dimana perioritas lebih diutamakan daripada perempuan :

  • Tenaga kaum laki laki lebih berguna untuk perang melawan penjajah daripada wanita.
  • Mempercayakan Otak kaum laki laki yang lebih difungsikan untuk membangun Negara.
  • Terdapatnya asumsi bahwa kaum laki – laki lebih pintar dari perempuan
  • Persempitan tanggapan mengenai kaum wanita yang mereka anggap hidup untuk melayani suami, masak di dapur, menjaga anak, dll

Dari beberapa alasan tersebut tak heran bahwa keberadaan kaum laki – laki jauh lebih tinggi diatas kaum wanita. Yang mengherankan, kenapa waktu itu kaum wanita hanya diam saja ya, ga seperti wanita sekarang, hahaha. Sampai – sampai ada acara tv dengan judul Suami takut istri.Heem begitu pesatnya perkembangan kaum wanita sampai saat ini.

But bukan itu pointnya, yakni “bagaimana kaum wanita bisa memerdekakan keberadaannya di samping kentalnya adat dan tradisi yang ada di masing masing daerah”.

Suatu kehormatan yang tiada tara ketika aku bisa membahas sedikit mengenai R.A Kartini di blogku kali ini. Yaah dengan harapan kalian semua khususnya para wanita ingat (bagi yang lupa) atau tahu (bagi yang belum tahu) mengenai jasa beliau dalam mensejajarkan derajat wanita dengan kaum pria. Semoga saya tidak salah dalam memberikan info mengenai data diri dari Pejuang Indonesia yang satu ini, check this out !!

R.A Kartini kecil lahir di Rembang tanggal 21 April 1879, beliau merupakan anak dari salah satu bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat yang berlaku saat itu. Dimana KAUM PEREMPUAN DILARANG MELANJUTKAN SEKOLAH KE TINGKAT YANG LEBIH TINGGI JIKA TELAH LULUS SD. Beliau dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan keadaan yang telah ada pada waktu itu. Terbesit dalam pikirannya untuk menentang, tapi beliau takut dianggap anak durhaka. Anda tahu sendiri watak dasar Kartini sejak kecil, beliau tak kenal yang namanya putus asa, dan selalu memanfaatkan apa yang ada dengan keadaan yang miris bagi kaum wanita.

Anda tahu apa yang beliau lakukan saat itu ? Beliau mengumpulkan buku – buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang beliau baca di taman rumah dengan ditemani simbok pembantunya. Hari demi hari, bulan berganti bulan membaca menjadi salah satu hoby baru dari Kartini kecil, mulai dari buku pelajaran, ilmu pengetahuan umum sampai surat kabar beliau baca tiap harinya. Jika beliau merasa kesulitan atas apa yang dia baca, maka dia tak segan segan untuk menanyakannya pada sang ayah.

Melalui tulisan – tulisan yang beliau baca itulah akhirnya beliau tertarik pada 1 sekmen kecil mengnai Kemajuan wanita Eropa, tak lain halnya adalah wanita – wanita Belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu. Jika di Negeri Belanda bisa, mengapa tak bisa dilakukan oleh wanita wanita Indonesia ?? Wanita Indonesia tak hanya berada di dapur, mereka juga harus punya ilmu. Pertanyaan itu menjadi PR penting yang harus diketahui jawabannya oleh Kartini. Dari keyakinan kecil itu beliau mulai mengumpulkan para wanita Indonesia untuk diajarkan menulis, membaca dan ilmu pengetahuan yang beliau tahu.

Disamping itu beliau juga tak pernah berhenti mebaca dan menulis surat kepada teman – teman wanitanya di Negeri Belanda. Kemudian sampailah dengan penulisan surat kepada Mr.J.H Abendanon. Beliau menuliskan surat yang isinya memohon beasiswa agar ia bisa belajar di Negeri Belanda. Alangkah senang nya Kartini waktu itu, karena ia berhasil mendapatkan beasiswa itu, namun ia tak sempat menyicipi anugerah itu karena dinikahkan terlebih dahulu dengan Raden Adipati Joyodiningrat, yah mau tak mau beliau harus ikut suaminya ke daerah Rembang waktu itu.

Namun seolah Tuhan memberi dia jalan terang, meskipun sudah menikah ternyata Sang suami diam – diam sudah tahu keinginan Kartini yang sangat mulia itu, tak heran jika sang suami mendukung penuh atas apa yang menjadi cita – cita kecilnya itu. Berkat niat dan keyakinan atas apa yang beliau tuju ditambah dukungan penuh dari sang suami, akhirnya R.A Kartini berhasil mendirikan sekolah wanita dengan nama “Sekolah Kartini” di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Semarang, Cirebon, dan lain – lain.Yang perlu di acungi jempol selain kegigihannya dalam mewujudkan impian yang mulia tersebut adalah kesantunan, menghormati semua orang, dan pastinya tidak sombong meskipun beliau berhasil mencapai keberhasilan dalam impiannya.

Pada tanggal 17 September 1904, umur 25 tahun lebih tepatnya R.A Kartini meninggal dunia setelah melahirkan putra pertamanya. Karena kegigihannya dalam mensejajarkan derajat kaum wanita serta kegigihannya dalam mencari ilmu dan membagi pada wanita lainnya, Mr.J.H Abendanon mengumpulkan semua surat yang pernah R.A kartini kirimkan padanya, dan mengangkutnya dalam suatu buku kutipan buku dengan judul “Door Duisternis Tot Licht” atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang” Berkat jasa R.A Kartini yang bersaha dalam dunia pendidikan bagi kaum wanita dalam menentang adat atas kuno pada masa itu, Pemerintah Indonesia mengabadikan adanya hari Kartini pada tanggal lahir beliau, yakni 21 April.

Okeeh , semoga cuplikan mengenai R.A Kartini tersebut bisa menjadi acuan lagi bagi para wanita yang notabene sudah setara dengan para kaum pria, hal ini terlihat adanya Presiden RI wanita yakni Ibu Megawati. Jadi taka ada lagi alasan tidak berkembangnya para kaum wanita, karena aturan atau batasan – batasan kuno pada masa Kartini waktu itu sudah dihapus pada zaman sekarang. Mungkin yang jadi masalah saat ini adalah kesenjangan sosial di sisi lain, tak lain adalah kesenjangan sosial kekayaan, antara yang miskin dan yang kaya terlihat sangat mencolok di Jakarta ini (berubung aku hidup di Jakarta). Sampai pernah waktu itu di daerah Rox*, aku menjumpai rumah yang begitu mewah dipinggir jalan, tetapi disebrang jalan terdapat rumah reyot dari rotan yang sama sekali tidak layak ditempati. Hal – hal seperti ini sebagai faktor utama terjadinya cemburu sosial, oleh karena itu mungkin bagi yang merasa mampu atau bahkan merasa kelebihan harta jangan sungkan – sungkan untuk memberikan secuil nafkah dari harta yang anda punya. Entah dengan melalui yayasan yatim – piatu, panti jompo, penampungan anak jalanan, dll. Mari kita rangkul sodara kita yang membutuhkan pertolongan kita dalam sesuap nasi dan pengenyaman ilmu yang sangat mereka impikan dalam mecapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Jangan pernah beranggapan “mangkanya usaha kalau ingin dapet uang” atau “pemalas tak layak dapat uang”. Meskipun anggapan itu benar terjadi pada anak anak jalanan, yaah kita positif thinking saja dengan “Mau usaha dengan cara seperti apa lagi dengan keterbatasan kemampuan mereka”. Sehingga kita tetap memberi mereka bantuan, masalah nanti mereka memanfaatkan uluran tangan kita atau tidak, itu urusan mereka, yang penting kita ulurkan tangan kita terlebih dahulu. Kalau mereka berpikir, yang pasti mereka tak akan menyia-nyiakan semua bantuan yang mereka terima untuk mencapai kehidupan yang lebih baik kedepannya.

Semoga mereka sadar atas kekurangan mereka sehingga mereka berkerja keras dan tak menyia-nyiakan bantuan yang mereka terima,

Semoga mereka sadar atas rezeki yang sebenarnya bukan seutuhnya milik mereka, karena di dalamnya terdapat fakir miskin, yatim-piatu, dll yang berhak atas itu.