4:27 PM 6/3/2010
“KAU ambil salah satu dari 2 orang yang paleng aku sayangi, hormati, contoh, idolakan, jaga, tujuan pertama dalam hidupku,, banyak orang diluar sana, kenapa KAU ambil budheku ya Allah ?? apa KAU cemburu atas perasaanku pada beliau ya Allah. KAU paling atas ya Allah, mereka berdua hanya menempati 1 tingkat di bawah Rosul kekasihmu, nabi, malaikatmu, dan semua perlengkapanmu ya Allah.“
Hal pertama yang muncul di benakku adalah kalimat diatas. Lemes, letih, tak bertenaga, linglung, semua tertera pada keadaanku waktu itu.
Kamis, 2004
Pertengkaran antara aku dengan kakakku terjadi. Hal itu biasa terjadi dalam keluargaku sebelumnya. Karena kakakku emang sengaja nggoda agar aku nangis. Tinggal tunggu waktu, nangis lah aku, kali ini pertengkaran tidak seperti biasanya. Bundaku menangis ketika melihat pertengkaranku dengan kakakku. Aku sempet lihat itu sebelum aku nangis karena kelakuan kakakku Sampai akhirnya kami(kakak and aku) lelah dan tertidur lelap, dan ketika aku bangun sepiring nasi sudah ada disamping aku. “laper kan de’, cepet dimakan gii!” kata kakakku sambil ngisep rokok. “iya thank’s” tanpa pikir panjang aku lahap tu makanan sampai habis, maklum capek and kelaparan setelah pertengkaran tadi. Hari itu berlalu begitu saja tanpa terjadi apa apa.
Jum’at 2004,
Aku lagi sibuk nyiapin bahan buat PERSAMI sabtu besok, karena PERSAMI besok adalah pelantikanku menjadi TERAP(tingkatan tertinggi SKU tinggkat penggalang). Setelah ku itung – itung ternyat masih kurang lengkap, kemudian aku berinisiatif untuk pergi kerumah budhe siapa tau punya perlengkapan yang aku cari. “tok .. tok .. tok .. mekoom” aku ketuk pintu budhe sambil ngintip di balek kaca, “wa’alaikum salam wr.wb ,, laen kali salam yang bener, masak ada salam cuma ‘mekom’ duank, dosa loo, sini masuk, ada apa ki?”. hehe sambil meringis aku masuk kerumah budhe, “anu budhe, budhe punya tali rafiah, sama kayu bakar? buat persami besok budhe, aku mau di lantik menjadi penggalang TERAP, hehe gagah gak budhe ?” dengan bangganya aku bilang seperti itu ke Budhe. “Ouh mau PERSAMI lagi thoo, itu liat aja didapur, ada kayaknya”, kemudian aku masuk ke dapur rumah budhe.
Selang 5 menit aku uda dapet apa yang aku cari “budhe ini uda ketemu, matur nuwon sanget yah budhe, mau pulang dulu, assalamualaikum warrohmatullahi wabarokaatuh”. Dengan senyum budhe bilang “naah gitu dunk salam yang bener, wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, eh bentar bentar sini duduk sama budhe”. “heh ..!! ada apa budhe ?” aku taroh brang tadi yang aku bawa di depan pintu, kemudian cuci tangan dan duduk di samping budheku.
Sambil mengelus kepalaku, dengan nada lembut budhe mengeluarkan suaranya yang kalem, “kemaren berantem lagi ya sama mas?”. “hehe ,, nah mas ganggu ade'(aku) kok, yauda ade’ balas” sambil garuk garuk kepala aku jawab pertanyaan budhe.“ouh emang mas nakal ya de’ ya, laen kali klo di ganggu lagi sama mas gak perlu di hiraukan ya de’..langsung lari aja kerumah budhe, ntar budhe bela, ya de’ ya ??“. Emm .. “kenapa emang budhe ?, ntar kalau ade’ diem aja pasti kakak semakin jail ke ade’, hayoo gimana budhe?.”. Kemudian mengeluarkan senyum khas nya, “ade’ tau kenapa budhe bilang gitu ?”. Dengan polosnya aku jawab “engga’”. Dengan bisik – bisik budhe menjawab “kemaren sehabis kamu sama kakak berantem, bunda langsung ke rumah budhe, sambil nangis beliau bilang seperti ini dek “ :
Bunda : “anak – anak itu gimana ya mba’ ya ?”
Budhe : “kenapa emang?”
Bunda : “tiap hari kok berantem melulu”
Budhe : “haalaaah gak perlu dipikir, kamu itu kayak baru liat mereka berantem aja, sudah biasa kan?”
Bunda : “iyaa biasa, tapi kan sebenernya aku juga pengen anak – anakku rukun, saling membantu, saling menghormati, apakah ada yang salah dengan didikanku?”
Budhe : “kamu sudah bener, bagus malah, buktinya diluar kenakalan mereka, mereka termasuk anak yang baik – baik diluar sana, yauda tenang ajah, ntar biar aku yang kasi tau mereka”
Deeeeg .. hati aku merinding mendengar budhe cerita .. selama ini seorang bunda yang terlihat baik – baik saja, yang tak pernah nyubit ato nimpukku seperti kebanyakan ortu laen pada umumnya, gimana mau nyubit atau nimpuk ? bicara dengan nada keras(marah) pun tak pernah beliau lakukan pada anaknya, ternyata dibalik senyumnya(hanya tersenyum ketika melihat anaknya berbuat salah) sebenernya bunda menangis, sebenernya bunda sedih, sebenernya bunda sama sekali tak menginginkan itu. Dengan merunduk air mataku menetes tanpa sadar, aku hanya terbelalak atas semua yang telah aku perbuat dengan bergumam didalem hati “betapa hina nya aku sebagai anak atas apa yang telah kuperbuat terhadap bunda, terhadap kesabaran seorang bunda terhadap anaknya”. Kemudian budhe menyambung kata – katanya “apa ade’ gak pernah sadar kalau bunda terlihat tua akhir – akhir ini? Iyah bunda sering menemui budhe buat ngomongin ke-4 anaknya”. Mengucur deras air mataku .. “ade’ laki – laki gak boleh menangis !! tapi ganti air matamu dengan perbuatan yang membuat bundamu tersenyum dengan ikhlas, bukan senyum kecewa karena tingkah laku anaknya”. Dengan nada pelan budhe katakan itu semua, budhe keluarkan semua keinginan bunda. “yaudah mulai sekarang gak perlu berantem kayak gitu, kesalahan ade’ selama ini uda cukup besar, mangkanya mulai sekarang jangan buat bunda menangis, ade’ harus bisa selalu buat bunda tersenyum bangga, bisa janji sama budhe?”. Aku angguk kan kepala setelah aku resapi tiap kata yang budhe ucapkan ke aku. “Yauda kalau gitu sekarang ade’ pulang, katanya mau PERSAMI, sudah lengkap semua emang ?”. Aku peluk budhe dengan berbisik “terima kasih banyak budhe”.
Sesampai dirumah aku liatin dari jauh bunda yang sedang masak. Beliau mengusap keringat yang menetes di dahinya. Kemudian bunda melihatku, sambil tersenyum beliau berkata “berangkat PERSAMI jam berapa ? Inget makan dulu sebelum berangkat”. “he’eh, masih besok kok berangkat PERSAMI nya” aku jawab sekenanya, kemudian Aku memejamkan mata dengan memikirkan setiap kata yang budhe katakan padaku. Aku tetapkan dalam hati aku sedalam – dalamnya “Tak akan pernah aku berbuat hal yang tak membanggakan bunda”. Itu adalah janji seorang laki – laki, dan janji seorang laki – laki harus ada tanggung jawabnya dan tak boleh dilanggar.
Sabtu 2004
Pagi – pagi aku sudah siap dengan perlengkapan dan barang bawaan buat PERSAMI. Sarapan pagi, pamit ke-2 kaka’ku dan ade’ku sambil salim aku tanya “bunda kemana ka’?”, “liat aja tu dirumah budhe” kata kaka’ku, “ouh, ok .. mekom”. Aku meluncur ke rumah budhe dengan perlengkapan pramuka aku, bawa tongkat, tali putih aku iket di sela sabuk, dengan memakai topi Pramuka. Dari jaoh terlihat bunda dan budhe sedang duduk duduk di teras depan rumah budhe, dengan keras budhe bilang “tu lihat ade’ gagah tu bunda”, dengan meringis aku jawab “ya ealah seacara ..!!, bunda uang saku” sambil menyodorkan tanganku kedepan bunda pas. “Ni uang sakunya, trus ini camilannya, disitu ada susu, roti, dan camilan laen, eh ini juga jangan ketinggalan ‘minyak kayu putih’, baek baek yah di sekolah ..” sambil ngusut kepala aku bunda bilang gitu. “ok siap, bunda tenang saja, hehehe” kemudian aku salim ke bunda. Kemudian budhe menyahut “ini budhe kasih tambahan uang saku, gak boleh buat beli macem – macem, inget perutnya gak kuat gitu kalau maem semabarangan”. “hehe makasi budhe..salim ..”, ketika aku mencium tangan budhe, budhe berbisik “inget pesen budhe”, kemudian aku jawab “siap budhe”(sambil hormat), eh ternyata bunda tau kalau budhe berbicara sesuatu, kemudian bunda bertanya “ngomong apa budhe?”, dengan ketawa budhe jawab “ya HARASIA tah ya dek ya ..”, “woo .. yauda cepet berangkat sana, keburu telat ntar ..”, “assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuuh” sambil jalan menjauh dari bunda dan budhe aku ucapkan salam.
Sabtu malem 2004
Waktu itu semua penggalang dikumpulkan dilapangan sekolah yang gelap gulita(sengaja lampu dimatikan). Dengan mata tertutup(ditutup hasduk) semua penggalang berbaris di tengah lapangan. Kurang lebih 30 menit berlalu, tiba – tiba terdengar suara speaker yang kurang jelas “penggalang dengan nama syahriful muzaki diharap kesekretariat”. Berulang – ulang kata kata itu diucapkan, aku gak sadar karena memang speaker terdengar kurang jelas, kemudian ada salah seorang teman yang berbisik kepadaku “sat.. namamu itu cepat keskretariat !!”. Kemudian aku dengerin sekali lagi “kami ucapkan sekali lagi, penggalang dengan nama syahriful muzaki diharap kesekretariat”. “wedeew bener itu nama aku”, kemudian aku melepas penutup mata dan pergi ke sekretariat, ternyata disana sudah terdapat sepupu aku yang njemput aku. “ada apa mb’ ?”, “gak apa apa, sama mbah buyut disuru pulang” jawab sepupu aku sekenanya. “pasti ada yang gak beres ini kalau sampai disuruh pulang sebelumnya waktunya, karena sebelumnya tak pernah juga seperti ini, apa terjadi sesuatu pada bunda? Jangan ya Allah, tolong aku” tak henti hentinya hatiku meracau, setelah mengambil semua perlengkapan aku, aku pamit pada pembina pramuka dan sebagian teman yang terlihat, dan kemudian aku pulang dengan naek becak sendirian, karena waktu itu sepupu aku bawa motor dan gak langsung pulang soalnya mau ke sepupu yang laen. Di atas becak hatiku masi meracau tak karuan, “aku liat aja dari perempatan jalan, semoga aja tak ada bendara putih dengan palang hitam ditengahnya berkibar didepan gangku”. Aku bingung tak karuan, setelah sampai di perempatan jalan(jarak masi 500M ke gangku) becak berenti karena memang mata rambu rambu lalu lintas warnanya merah waktu itu. Dengan menajamkan mata, aku lihat disekujur pinggir jalan dekat gangku. Sebuah bendera warna putih dengan palang hitam ditengahnya berkibar didepan gang aku. “jancik(perkataan kasar daerah Jatim), pak cepet pak !! melem gak ada polisi !!!” sambil aku gebrak atap becaknya, “iya dek” sahut Pak tukang becak bergegas menjalankan becaknya yang semula berenti. Keadaan tersebut semakin nyata ketika jarak sekita 300M dari gang aku, disitu terdapat banyak banget orang yang ngumpul di depan gang aku.”Ya Allah jangan ambil bundaku ya Allah” gumamku, pada saat itu yang ada dipikiranku hanya bunda, bunda, bunda, tak ada orang laen selaen bunda. Setelah sampai didepan gang aku baca pengumuman dipapan tulis sebesar cendela rumah bertuliskan
“Innalillahi wainnailaihi roji’un, telah pulang ke Rahmatullah
Nama : Chalimatus Sa’diyah
Hari ………..”
Seakan kalimat terusan dari papan tersebut terlihat kabur, dan badan aku mulae lemas dan terjatoh dari becak kemudian dibopong orang – orang sekitar yang berteriakan “ini ponakannya, minggir semua”. Aku dibopong kerumah aku yang melewati rumah budhe, aku hanya melirik rumah budhe aku, sangat ramai keadaan malem itu.”kenapa harus budheku ya Allah” kemudian gelap tak terlihat apa apa. Ketika aku buka mata, ternyata sudah didalem kamar aku didampingi kakakku, ini minum teh anget dulu. Tanpa menghiraukan tawaran kakakku, aku langsung ganti pakean(karena waktu itu masi makek seragam pramuka), wudlu langsung ke rumah budhe.
Di ruang tamu rumah budhe, aku liat wajah mas atok dan mas fendik(anak – anak budhe) uda bengep gak berenti nangis. Meskipun uda pada gede(ke-2 nya kuliah waktu itu) tapi ke-2 anak budhe masih manja sama budhe dan sayang banget sama budhe. Kemudian didepan mereka berdua terdapat meja besar dari kayu setinggi lutut dengan kain batik coklat penutup membentuk menyerupai badan manusia. Aku dekat meja itu dari posisi berlawanan dari mereka berdua. Aku buka kain batik penutup itu, ‘sreeeng’ hati aku bergetar setelah aku lihat itu rambut budhe, mata aku mulai berkaca – kaca, iyaah wajah ayu budhe tergeletak kaku di meja itu, aku pegangi pipinya, dingin, aku cium pipinya, aku peluk budhe, air mataku mengucur deras,
“bangun budhe ..” aku berbisik ditelinganya.
“ayo naik haji sama bunda sama ade’..foto bareng dirumah mewah Allah..dipigura fotonya .. bangun budhe ,,bangun..bangun..”
(tujuan pertama dalam hidup aku adalah menaikkan haji mereka berdua,’lebih jelasnya ada di Tujuan Pertama Hidupku). Mengucurkan semua air mata yang aku punya dipundak budhe.
Selang 30menit, bunda datang sambil membawa banyak buku surah yasin, sambil meneteskan air mata bunda berkata “de’… kalau ingin bantu budhe, kalau ingin budhe senyum, kalau ingin budhe seneng lekas berwudlu, bacaen surah yasin untuk budhe”. Yaah aku sadar hanya itu yang bisa aku lakukan setelah semua ini terjadi. Waktu itu aku baca 1 surah yasin begitu lama(karena gak kuat nahan air mataku), semua orang sudah baca untuk ke-4 kalinya tapi aku 1 saja belum genap. Suara serentak bacaan surah yasin bergelora hingga pagi, aku hanya baca 2 kali surah yasin selebihnya aku shalat malem dan mempertanyakan pada Allah, apa semua arti dibalik semua ini. Setelah lama menghujat Allah doaku terakir adalah :
“Allah.. Jika memang ini mauMu, ambilah, ambil semua yang KAU mau. Tapi dengan 1 syarat TEMPATKAN ORANG ORANG YANG SANGAT AKU SAYANG DI TEMPAT TERATAS YANG ALLAH PUNYA. Aku ikhlaskan semua padaMu Allah..”
Minggu Pagi 2004
Rencana sekitar jam 9 pagi jenazah budhe diberangkatkan. Sebelum waktu itu tiba kami para keluarga bergencar lagi untuk membacakan surah yasin dan surah surah yang laen untuk budhe, semua orang terlihat gila waktu itu(menurut aku). Membaca, menangis tak henti – henti dilakukan, tak hanya keluarga tetapi semua tetangga melakukan hal yang sama dan secara bergantian, karena mereka semua ingin, mendoakan dekat dengan jenazah budhe. Aku tersenyum melihat keadaan itu
“hari ini .. ENGKAU tunjukkan padaku betapa budheku sangat baik, mempunyai hati yang mulia, tak hanya baik terhadap keluarga, tetapi ke semua orang. Semua orang sangat kehilangan sosok budheku. Allah jangan lupa TEMPATKAN BUDHEKU KESISI TERATAS YANG KAU PUNYA”.
Tepat pk 09:00 jenazah budhe diangkat mulai dari mas atok, mas fendik, mas eko(kakakku), dan semua sepupu mengangkat jenazah untuk dibawa ke pemakaman. Karena aku masih kecil jadi aku hanya bawa beberapa bongkah kayu sama bunga. Hawa – hawa pemakaman mulai tercium di idung aku, sial merinding aku(aku emang takut semua hal yang berhubungan dengan pemakaman). Tempat pemakaman sudah terlihat, kemudian jenazah budhe diturunkan di sebelahnya, mas atok dan mas fendik turun kebawah liang yang sudah digali oleh petugas gali kubur untuk menerima jenazah budhe. Tak lama kemudian mas fendik(anak pertama) memulai untuk mengadzani jenazah budheku, tetapi baru memulai adzan mas fendik sudah gak kuat menahan tangis, sehingga dilimpahkan ke mas Atok. Sambil menangis mas Atok mengumandangkan adzan hingga selesai. Tangis ini mengucur lagi ketika aku liat jenazah budhe hanya diberi gumpalan tanah liat berbentuk bola sebesar kelapa sebagai bantalnya, kemudian kayu sebagai penutup jenazah budhe. “yaa Allah …” aku hanya menghela nafas panjang sebagai tanda nahan tangis aku.
Setelah semua sudah selesai, jenazah budhe sudah tertutup tanah liat maka semua mendoakan dan pulang, tapi setelah semua meninggalkan pemakaman, aku, mas atok, mas fendik seolah tak rela meninggalkan budhe. Menurut pelajaran yang aku trima di Sekolah Dasar, ketika jenazah dimakamkan kemudian para pengubur mulai meninggalkan pemakaman 7 langkah dari pemakaman maka Malaikat Mungkar dan Nakir akan datang untuk menanyai Budhe, aku mau nemenin budhe, biar gak sendirian ketika ditanyai kedua Malaikat tersebut, sungguh pikiran aku sudah hilang waktu itu. Akirnya mas fendik mengajak pulang kami(aku dan mas atok). Dengan tangis kami kembali pulang, “budhe baik baik disana, aku akan selalu doaen budhe” itu adalah kata – kata terakir sebelum meninggalkan budhe sendirian. Dirumah akan diadakan tahlil selama 7 hari 7 malem, begitulah adat di daerah kami.
Selang beberapa minggu dari kembalinya budhe ke Allah, kakakku mulai lagi, dia mulai ganggu aku. Tapi sebelum dia ganggu aku lebih lama, aku inget pesen budhe.
“laen kali klo di ganggu lagi sama mas gak perlu di hiraukan ya de’..langsung lari aja kerumah budhe, ntar budhe bela, ya de’ ya ??“.
Seketika itu aku lari ke rumah budhe, minta perlindungan budhe, karena budhe janji mau belain aku klo diganggu kakak aku. Sesampai di rumah budhe aku langsung masuk ke kamar budhe nangis disitu karena tak ada lagi yang belaen aku.”budhe kemana?? ..” pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut aku. Kemudian kakak aku menyusul ke kamar budhe, “kenapa kamu ki? Perasaan aku belum goda kamu, kok nangis duluan?” dengan santainya dia tanya seperti itu. Dengan nangis aku jawab
“kata budhe, kalau kakak ganggu aku lagi, maka aku disuru kerumah budhe, pada saat itu budhe akan belain aku.. tapii kemana budhe sekarang???!!”. Kemudian kakak mendekat dengan berkata “budhe sudah belain kamu, sebelum budhe meninggal beliau pesen ke aku ’jangan ganggu ade’mu lagi’, dan aku tak akan ganggu kamu lagi, kita uda besar, tak perlu melakukan hal itu lagi, berterima kasih lah pada budhe dengan mendoakan budhe tiap hari”, aku mengangguk dengan pelan.
Sejak saat itu kebiasaan berantem tak lagi ada dikeluarga kami, kami saling membantu, menghormati, seperti yang budhe bilang. Sejak saat itu pula aku janji pada diriku ndiri untuk selalu buat bunda bangga. Ternyata Allah mendengar janjiku, sehingga beliau mengabulkan janjiku.
“budhe hari ini aku tepati janjiku dengan nilai raporku yang bagus, dan bunda sangat bangga”.
“budhe hari ini bunda dipanggil ke atas panggung karena aku meraih juara 1 dalam pencapain NUN taun ini, dan beliau tersenyum iklhas pertanda beliau bangga”.
“budhe hari ini aku dapet ditrima di smk telkom, dan bunda bilang ’semangad buat belajarnya’ pertanda bunda bangga”.
“budhe hari ini aku dapet beasiswa karena nilai raporku masuk 3 besar, dan bunda bilang ‘heem dapat uang jajan lebih dunk, jangan lupa sodakoh’ tanda bunda bangga”.
“budhe hari ini aku lulus smk dengan nilai lumayan bagus meskipun tak masuk 10 besar, tapi aku uda ketrima kerja dijakarta, dan bunda hanya bilang ‘baik baik ya dijakarta’ tanda bunda bangga”.
“budhe hari ini aku ditrima kuliah di universitas yang bagus, terakreditasi A, dengan biayaku sendiri, dan bunda bilang ’mesti bisa bagi waktu untuk kerja dan kuliah, uange ditabung jangan boros’ tanda bunda bangga”.
“budhe sebenernya aku pengen disetiap pencapaianku, budhe ada di sebelah bunda untuk terima kabar gembira dariku, maka lengkaplah kegembiraanku, tapi aku yakin. Di atas sana budhe tersenyum untukku”.
Akusayangbudhe.