Sepotong cerita yang ku alami langsung pada akhir tahun 2009, bulan November atau desember lebih tepatnya. Kebetulan saat itu ada urusan ke kota Surabaya (sebelum berangkat ke Jakarta), aku berangkat naek kereta api waktu itu, dengan pertimbangan menghindari macet yang selalu terjadi di daerah porong, disamping itu juga tak terlalu panas, hehe. tet teeet ..!!! klakson kas kereta api terdengar keras ditelingaku, dengan sigap aku menoleh ke arah sumber suara sambil *mesem dan bergumam dalam hati “ini keretaku”. Dengan tangkas langsung aku memanjat naek kereta tersebut. Harus cepat agar dapet tempat duduk, “pengalamanku dulu ga boleh terulang lagi” pikirku, karena berdiri 3.5 jam lumayan buat otot kakiku keras serta kram ga bisa jalan selama 15 menit, hahaha. *Celingak – celinguk kepala ini dengan cepat mencari tempat duduk kosong, Alhamdulillah tak lama kemudian ada tempat duduk kosong yang bisa buat tempat naroh pantat, wkwkw, tak lama kemudian berangkatlah keretaku ini.
(selang setengah jam)
“mau kemana mas ??”. Dengan suara pelan dan sangat sopan menyapaku. Sontak mata ini tertuju pada keluarga kecil yang ada didepan tempat dudukku (tempat duduknya berhadapan). Terlihat seorang pria berumur 27an dengan tinggi kira kira 163 cm dan badan gempal disertai rambut keriting melebarkan mulutnya.
“saya mau ke Surabaya mas, turun di stasiun gubeng lebih tepatnya” refleks mulutku menjawabnya diakhiri dengan senyum kecut,
“mas nya sendiri mau kemana ??” tanyaku balik.
“Ouh, saya dan kelauargaku(sambil merangkul perempuan muda yang ada disampingnya) mau ke tempat neneknya (sambil melemparkan pandangan ke anak kecil yang dipangku oleh perempuan tadi)” , “kangen katanya mas, yaa karena emang sudah lama sii gak kerumah mertua” pria itu melanjutkan jawaban dari pertanyaanku.
“Kuliah mas di sana??” Tanya pria itu lagi.
“enggak mas, ada urusan, besok langsung ke Jakarta, hehehe”,
“namanya siapa mas ??” , “aku satria” sambil memanjangkan tanganku berharap disambut untuk bersalaman.
“agus mas . Ouh di jakarto tho tinggalnya, mangkanya kok keliatan beda, cara berpakaean, pokoknya beda lah mas”
Hehe senyum kecut kembali ku keluarkan karena emang gak ngerti ngomong apa, hahahaha. Tak disangka JAKARTA ternyata membuat percakapanku dengan keluarga kecil itu menjadi panjang (lebih tepatnya dengan mas agus saja, karena istri dan anaknya hanya mendengar sama sepertiku). Sebelum menikah mas agus pernah tinggal di Jakarta sekitar 1 tahunan didaerah ***** (sensored). Beliau bekerja sebagai kuli bangunan proyek borongan yang selalu berpindah pindah tempat karena memang melayani wilayah seluruh Indonesia. “Di Kalimatan pernah”,” Makassar”,” Blitar(kota asalnya), dll ..” begitu cerita beliau.
Sementara mas Agus cerita, aku hanya melihat pria ini, tanpa sadar “sreeeeng” hatiku deg degan dan bergumam “astogfirllah sedang berbicara pada siapa aku ini, tolong lindungi aku ya Allah”. Gumaman itu keluar dari hatiku ketika aku melihat banyak sekali bekas sayatan – sayatan benda tajam di kedua lengan tangannya, belum lagi di daerah telinganya melingkar bekas jahitan yang mengerikan. Pada saat yang bersamaan dia mengatakan kata – kata “pemabuk”, sontak aku kaget dan dari saat itu juga aku konsen dengan ceritanya (dari tadi sibuk ngeliatin badannya, hehehe). Dari detik itu kira kira seperti iniliah kisahnya:
Cerita itu berawal ketika beliau mendarat di tanah Kalimantan bersama 30 teman seperjuangan termasuk 2 sahabatnya. Saking kuatnya persahabatan mas agus dengan kedua temennya itu, sampai sampai mereka meletakkan gaji perharinya di kotak yang sama, berapapun nilai mereka meletakkan uang tiap harinya, itu tak jadi masalah buat mereka, yang jelas jatah mereka untuk makan perharinya sama, selebihnya mereka hanya berbekal saling percaya.
Tak terasa terkumpul banyak sekali tabungan mereka sehingga salah satu dari mereka menanyakan “uang sebanyak ini mau kita apakan ??”. Karena tak pernah memegang uang banyak sebelumnya, mereka mulai menyalahgunakan uang tersebut, otomatis kesepakatan awal pun dilupakan. Sampai akhirnya mereka mulai mengenal yang namanya minuman keras dan narkotika. Awalnya mereka hanya iseng iseng mencoba setelah mereka melihat orang memakai obat obatan tersebut di salah satu café di Kalimantan.
Tanpa mereka sadari, hari berikutnya mereka mencoba lagi dan akhirnya menjadi kebiasaan baru bagi ketiga orang tersebut. Tak perlu waktu lama, seketika uang tabungan tersebut ludes untuk membeli barang – barang itu dengan bandrol harga per gram nya yang mahal. Krisis keuangan mulai dialaminya, sementara mereka semakin ketagihan barang – barang terlarang itu. Dengan memperlihatkan kedua lengannya, mas agus berkata “seperti inilah akibatnya ketika seseorang ketagihan dengan obat obatan terlarang sedangkan orang tersebut tak bisa membelinya”. Kuciutkan lebar mataku karena aku tak berani melihatnya. Sampai proyek tersebut mereka bertiga masih hoby mengkonsumsi obat obatan terlarang itu.
Proyek di Kalimantan sudah selesai, mereka bertiga dan ke-27 temennya dipindah ke JAKARTA di daerah ***** (sensored). Perpindahan mereka ke Ibu Kota Negara tampaknya menjadi awal hancurnya persahabatan mereka. Mereka keluar dari kerjaannya sebagai kuli bangunan menjadi pengedar obat obatan terlarang. Sampai suatu ketika salah satu sahabat mas Agus terciduk polisi. Saat itu juga mas Agus dan sisa sahabatnya pulang ke kota asalnya yaitu Blitar.
<kota kelahiran Bung Karno>
Sambil mengaca, Mas Agus menangis melihat kondisi tubuhnya yang kurus tak normal tersebut, sejak saat itulah Mas Agus berhenti memakai obat obatan, meskipun masih minum minuman keras (gubraak..!!), tapi setidaknya sudah setingkat lebih baik dari sebelumnya. Kata KaKa SLAK “Alon Alon Asal Kelakon” begitu celetuknya.
Keadaan sedikit lebih baek itu tak diikuti dengan sahabat semata wayangnya. Dia menolak ketika Mas Agus mengajak untuk bekerja halal. Dia lebih memilih mengedarkan obat obatan di tanah kelahiran Bung Karno tersebut. Sejak saat itu Mas Agus tak lagi menghubungi sahabatnya tersebut. Selang beberapa hari Mas Agus mendengar bahwa sahabatnya tersebut sudah tertangkap polisi di salah satu tempat di kota Blitar tersebut. Meneteslah aer mata Mas Agus di ikuti 2 botol minuman keras dipinggir jalan.
Selang beberapa menit kemudian melintaslah wanita di depan Mas Agus, dengan refleks mas agus godaen wanita itu “neng gelis mau kemana? Nikah sama akang yuu’ ..”
Tanpa dia sadari, wanita itu menjawab “aku mau menikah dengan akang kalau akang tak lagi minum minuman keras”, dan kemudian pergi dari hadapan mas Agus. Tak lama setelah wanita itu berlalu, pingsanlah Mas Agus. Ke’esokan hari setelah sadar, dia mencari wanita yang ia goda kamren malam. Berkat kebiasaan orang desa yang saling mengenal antar tetangga, antar desa, Mas Agus tak membutuhkan waktu lama untuk menemukan wanita tersebut.
Singkat cerita Mas Agus meminang wanita tersebut, rupanya malam itu adalah malam terakhir ia minum minuman keras. Ia sangat bersyukur atas apa yang telah terjadi padanya, dengan tersenyum diaberkata padaku “Tuhan telah tunjukkan pada mata kepalaku sendiri perbuatan yang haram beserta akibat dari perbuatan tersebut, Tuhan sangat sayang kepadaku karena aku tak sampai mengalami hal yang dialami para sahabatnya, bahkan Tuhan telah mengirim malaikat cantik yang sekarng duduk disebelahku, dan aku sangat cinta kepadanya”.
“Aku mulai dari awal hidupku, karena waktu itu aku sama sekali tak punya apa apa. Aku juga kadang bingung kenapa keluarga istriku memperbolehkan ketika aku melamarnya. Aku percaya ketika orang menginginkan sesuatu dan kemudian berusaha dengan giat, maka orang itu akan mendapatkan tujuannya”.
“meskipun beberapa kali gagal bekerja namun aku sama sekali tak putus asa, aku hanya minta pada Tuhan ‘aku tak ingin orang yang kau titipkan kepadaku kelaparan karenaku’ ”. Sedih juga aku mendengarkan ceritanya. Ketika aku sedang tenggelam dengan ceritanya, tiba tiba mas Agus menepuk lututku dan berkata “Mas satria tau apa yang membuatku tak putus asa waktu itu ??”. Aku hanya geleng – geleng tanda tak tau. Kemidian Mas Agus menyambung kata – katanya :
“Aku punya pepatah yang aku buat sendiri, semoga pepatah tersebut juga menjadi kata mutiara yang bisa mensupport diri mas satria sendiri”.
“Mass atria sudah kerja tooh meskipun masih muda … ”. “he’eh” sahutku.
“ketika mas satria bekerja jangan pernah lelah dengan kerjaan yang mas satria geluti, apalagi sampai putus asa”. “Mas Satria tahu yang namanya Nyamuk ??”. Dengan tersenyum aku mengangguk.
“Nyamuk itu makanannya darah manusia kan ?. Cita – cita nyamuk itu tak muluk muluk seperti manusia, yang ingin jadi presiden lah, jadi ini lah , jadi itulah”.
“cita – cita nyamuk hanya sederhana MEREKA hanya ingin MAKAN ..!! sudah itu saja ,, sederhana bukaan ??”
“tapi yang perlu mas satria harus tau adalah, untuk mendapatkan cita cita itu, Nyamuk dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit, yaitu HIDUP atau MATI ”, “kemudian apa yang mas satria liat? Mereka sama sekali tak pedulikan itu, meskipun mereka tau bahwa temannya mati saat ingin menggigit manusia(misalnya) , mereka sama sekali tak mundur sedikitpun, mereka tetap mencari tempat laen dari badan manusia yang sekiranya tidak membuat mereka MATI ..!! begitu seterusnya .. tekat Nyamuk yang Sempurna”
Deeeeeg ..!! tertegun aku mendengarnya, sungguh suatu pepatah yang sangat sempurna menurutku. Tak terasa tujuan mereka yaitu wonokromo sudah dekat, 3jam aku tenggelam didunia masa lalunya. Karena masih penasaran dengan satu hal, sebelum mereka meninggalkan kereta aku bertanya “trus jaitan di telinga Mas Agus itu kenapa ??” (gubraaak !!! lancang sekali pertanyaa’anku).
“Kenapa ?? kamu takut ya sama saya, hahaha saya orang baik insya Allah. Telingaku hampir putus ketika aku mengikuti kejuaraan pencaksilat nasional di Jogja sebulan setelah aku menikah dengan istriku”.
“Jangan lupa Nyamuk yang kuceritakan !! Berusalah seperti Nyamuk dalam mencapai semua cita citamu, jangan takut jangan ragu! kamu akan mendapatkan DARAH tujuanmu,, SUKSES SELALU SATRIA !!”.
Aku hanya tebelolok melihat keluarga itu turun dari kereta dan bergumam “salute !! setelah menjadi pemabok dan pemakai narkotika sekarnag menjadi olahragawan”, sampai aku lupa mengucapkan salam. Tanpa pikir panjang ku keluarkan kepalaku dari jendela Kereta Api sambil melambaikan tangan seraya berteriak “TERIMA KASIH MAS AGUS ATAS CERITANYA !! AKU AKAN JADI NYAMUK YANG PALING TANGGUH. SEMOGA KITA BERTEMU LAGI, SAMPAI JUMPA DI LAEN WAKTU !!!”.
Keluarga kecil itu tersenyum sambil melambaikan tangan.
Disitulah seninya ketika kita naek kereta, terdapat banyak sekali manusia SUPER berkeliaran di dalamnya.
Demikian sepotong cerita ku kali ini ,, semoga bermanfaat bagi pembaca.
Uups hampir lupa, berikut penjelasan kata dengan indeks bintang (*) didepannya.
*Mesem –> tersenyum tanpa terlihat gigi.
*celingak – celinguk –> Menoleh ke kanan – ke kiri dengan cepat