Budaya khas Ibu Kota

15 Mar

 

Budaya bukan suatu hal yang tiba tiba ada, atau apalah sejenisnya. Namun budaya tersebut ada karena kebiasaan manusia. Seiring berkembangnya zaman dan semakin berfariasinya kebiasaan manusia, akibat terbentuknya budaya pun juga semakin beragam, apalagi di kota – kota besar (ibukota salah satunya). Budaya tersebut ada yang positive dan tidak sedikit pula budaya yang negative. Kali ini aku mau bahas budaya yang NEGATIVE, kenapa memilih membahas budaya yang negative kalau ada budaya yang positive ? Karena aku ingin budaya negative itu bisa berubah menjadi budaya positive. Hehehe mulia kan tujuanku.

Budaya khas ibukota negara sangat beragam, mungkin yang paling marak dan sangat digandrongi orang orang ibukota adalah budaya “macet”. Kenapa macet termasuk dalam kategori budaya juga? Bagaimana tidak, semua orang tanpa pandang bulu, baik tua – muda, kaya – miskin, kesemuanya berpartisipasi dalam budaya tersebut. Dulu orang kalau ditanya “apa yang anda pikir tentang Jakarta?”, maka kebanyakan orang akan menjawab “monas, ancol, banyak gedung pencakar langit”, namun jawaban itu tak lagi aku dengar selama 10 dekade terakir ini. Tidak tau kenapa, kompakan atau bagaimana, mereka semua menjawabnya dengan jawaban singkat, padat, jelas, berisi yaitu “macet”.

Sebenarnya ada sisi positive nya juga adanya macet, yaitu orang akan lebih pagi bangunnya, sehingga bagi yang muslim tidak pernah kehilangan shalat subuh, bagi yang non muslim bisa olahraga, atau berdoa dll. Karena jika tidak mempersiapkan lebih pagi, maka semua schedule yang mereka punya tidak akan bisa tercapai. Tapi alangkah baikknya jika di Ibu kota ini terhindar dari macet, orang juga tidak mau tua di jalan bukan ? hehehe.

Pemerintah bukkannya tutup mata akan hal ini, mereka juga bukkannya tidak mau menangani, tapi mereka masih berusaha mencari jalan keluar mengenai hal ini, karena adanya jalan TOL, pengurangan angkutan umum, dan semua jalan dibuat searah juga sudah diterapkan di kota ini. Masalah belum terpecahkan tapi pemilik kendaraan semakin meningkat tiap tahunnya. Jadi jangan menyalahkan pemerintah mengenai hal ini. Karena kebiasaan penduduk Indonesia adalah mengkritik pemerintah atas semua hal, tapi mereka sendiri belum benar melakukan akan hal itu. Boleh mengkritik jika sendiri sudah benar.

Oleh karena itu mari kita tangani masalah macet ini, jangan hanya menyalahkan pemerintah saja. Jika ditanya dengan cara apa ?? Banyak jawabannya, seperti :

Bagi para supir angkot, mohon jangan nge-Tam. Bagi semua pengguna kendaraan, entah supir angkot, presiden, sampe tukang becak pun dimohon untuk mentaati peraturan, jangan hanya mikir “saya harus cepat sampai tujuan” tapi dengan cara se enaknya, tidak memikirkan para kendara lain, melanggar peraturan lalu lintas, tidak mau di atur polentas, dll.

Sadari diri sendiri bagaimana menjadi pengendara yang baik dan benar, sambil menunggu kebijakan pemerintah mengeluarkan keputusan hasil mereka musyawarah jangka panjang.

Leave a comment