Entah akan menjadi suatu tradisi atau tidak, yang jelas idul adha tahun kemarin aku juga sengaja untuk shalat di masjid luar daerah (bukan di masjid dekat tempat tinggal) yang menurutku berbeda. Tahun kemarin aku shalat ied di Kubah Emas (Masjid Dian Al Mahri). Nah untuk tahun ini jatuh pada Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan, Padalarang, kab.Bandung Barat. Sebuah bangunan dengan design modern dengan segala pernika yang masing – masing mempunyai filosofi dan manfaatnya. Bagaimana tidak, dari jauh melihat Masjid ini sudah terlihat berbeda dengan Masjid yang lain. Suatu Masjid identik dengan kubah, namun pada Masjid ini tak terlihat kubah sama sekali, bahkan bangunan ini terkesan “kotak” dalam pembuatan segala sisinya. Namun identik “kotak” justru tak mengurangi sedikitpun kesan ‘kemegahan’ dari suatu masjid, justru sebaliknya, Masjid ini terlihat sangat megah dan gagah. Kesan itu terungkap karena :
- Masjid ini berada di tengah – tengah tanah lapang yang sangat sejuk.
- Bangunan ini memang benar – benar kotak dan berbeda dengan masjid yang lain.
- Dinding penyanggahnya tak sepenuhnya tertutup, namun ada dibagian tertentu yang sengaja di buat ‘lobang’, sehingga ketika dilihat dari jauh, lobang – lobang itu dengan kompaknya membentuk lafat Allah yang berbunyi ‘lailahaillallah muhammadarrasulullah’. Disamping bentuknya yang indah, dinding itu juga berfungsi sebagai fentilasi sehingga jika kita shalat di dalamnya akan terasa ‘adem’ yang ditimbulkan oleh oksigen dari ribuan tumbuhan disekitar Masjid itu. Perlu diketahui bahwa di masjid ini tak ada yang namanya AC (Air Conditioner).
- Tempat Imam yang sengaja di buat terbuka, sehingga ketika shalat kita bisa melihat keadaan alam di depan Masjid ini dan itu menambah khusuknya shalat kita.
- Adanya air disekitar tempat shalat Imam ditambah ikan – ikan kecil yang hidup di dalamnya melengkapi suasana teduh dan khusuk dari Masjid Al Irsyad.
- Rangka besi menyerupai bola dengan lubang ukiran Allah di tengahnya berdiri gagah di tengah – tengah air tempat shalat Imam membuat suatu keAgungan tersendiri.
- Ketika malam datang, cobalah melihat keatas di Masjid ini, Lampu gelamor dan sangat besar yang biasanya terdapat di Masjid – Masjid pada umumnya tak akan terlihat pada Masjid ini, namun lampu gelamor itu disulap menjadi 99 lampu berbentuk persegi sebesar buku tulis normal yang di ukir dengan Asma Allah di tengahnya.
Sudahkah anda terbayang ? bagaimana megahnya Masjid ini ? bagaimana jika anda shalat di dalam masjid ini??
Memang ku sadari bahwa gemetarnya badan ini tak se-gemetar saat sampai di Kubah Emas tahun lalu, namun tampaknya air mataku tak mempedulikan masalah itu, mereke berbondong – bondong keluar dari mata seolah ingin menyaksikan kemegahan Masjid ini. Degukan – degukan dari hati mulai mengiringi setiap tetes air yang dengan senangnya keluar dari mataku. Nafas terengah – engah seolah habis lari sepanjang lapangan seepak bola 7 kali. Tertunduklah kepalaku guna menengkan dan menetralkan kondisi organ badanku, mau tak mau harus menghentikan keinginan semua bagian tubuhku yang membrontak keluar, karena aku malu dengan teman – teman yang lain apabila mereka melihatku seperti ini.
Seperti biasa (tahun kemarin juga demikian), karena berangkatnya agak telat dan memang penginapan kami 5 km dari lokasi membuat kami kehilangan tempat untuk shalat di dalam Masjid Al irsyad yang normalnya dapat menampung 1500 umat. Untungnya panitia remas sudah menyediakan semacam billboard berukuran lumayan panjang untuk jama’ah yang tidak kebagian shalat di dalam. Namun keadaan itu tak mengecilkan hatiku, shalatku tetap teduh, tenang, khusuk(menurutku), yaa paling sambil meneteskan air mata karena kecilnya diriku di Mata Allah, dan atas semua perbuatan shalahku yang selama ini saya perbuat.
Sekejap shalat pun selesai, Karena hanya 2 rakaat, tapi hati ini masih ingin shalat di sini setidaknya tetap berada di sini sampai shalat tahajud tiba, namun tampaknya ke-egoisanku buyar karena hari itu rencana awalnya langsung balik ke Jakarta, karena besoknya kerjaan sudah menunggu dan tak bisa di tinggal terlalu lama. Sengaja aku tak beranjak dari tempat dudukku meskipun semua orang banyak yang berhamburan untuk kembali ke rumahnya masing – masing, dengan tujuan menunggu keadaan sepi, baru saya masuk ke dalam Masjid ini. Keadaan itupun datang, dengan semangat aku masuk ke dalam Masjid ini, betapa kagetnya bahkan sampai lemas semua badanku, ternyata keadaan di dalam sini lebih indah, lebih teduh, lebih damai, lebih khusuk, lebih sejahtera, dari foto – foto mengenai masjid ini yang aku browsing sebelum berangkat ke sini. Sontak rasa kecawaku karena tak bisa shalat di dalam masjid ini langsung timbul, bagaimana jika tadi aku shalat ied di dalam masjid ini, mungkin aku akan merasa lebih dekat lagi dengan Allah.
Karena remas mengijinkan untuk mengambil foto, akhirnya aku minta teman teman mengeluarkan kamdig dari tas yang mereka bawa, syukur – syukur mengurangi rasa kecewaku karena tak bisa shalat di dalam sini. Di samping itu juga semagai document apabila sewaktu – waktu rindu terhadap Masjid ini.
Ucapan berjuta – juta terima kasih tanpa henti terhadap semua orang yang terlibat dalam pembuatan masjid ini, mulai dari designer, penyumbang dana, perawat masjid, sampai pada ikan – ikan yang bersedia hidup di kolam kecil sekitar imam, semoga dan pasti Allah melihat atas keterlibatan kalian yang dapat membuatku merasa lebih dekat dengan Allah, lebih khusuk dengan Allah. Tak hanya aku … Semua orang merasakan hal yang sama, begitu banyak pahala yang akan anda – anda dapatkan atas rasa itu.
Semoga air Masjid ini masih sudi menyucikan badanku lain kali.
Semoga sajadahnya masih bersedia menemaniku menemui Allah lain kali.
Dan air mataku selalu bertanya, “kapan aku berbondong – bondong keluar untuk menyaksikan kemegahan Masjid ini ?”. Mulutku hanya menjawab dengan senyuman paling sopan yang dia punya.